Pati  

Menelusuri Jalur Rempah Lewat Pameran Fotografi

SUASANA: Diskusi Jalur Rempah dalam pameran fotografi di Joyokusumo Pati, Rabu (7/8/24). (ISTIMEWA/JOGLO JATENG)

PATI, Joglo Jateng – Peringatan Hari Jadi ke-701 Kabupaten Pati diramaikan dengan pameran fotografi yang diselenggarakan di halaman Stadion Joyokusumo. Pameran ini diadakan oleh sejumlah fotografer asal Bumi Mina Tani ini.

Setidaknya ada sekitar 40 karya fotografi dari para fotografer dipajang dalam pameran tersebut. Karya fotografi itu bakal dipamerkan mulai dari tanggal 6-11 Agustus 2024.

Foto-foto tersebut berisi tentang sejumlah aktivitas masyarakat di Pati. Mulai dari aktivitas proses pembuatan kapal di Juwana, pembuatan batik, aktivis pertanian hingga hasil perikanan.

Salah satu panitia, Raden Beni Dewa menuturkan, pameran fotografi ini mengambil tema jejak Jalur Rempah di Kabupaten Pati. Tema tersebut untuk menelusuri Jalur Rempah yang ada di daerah ini.

Baca juga:  Jalan Pulau Seprapat Amblas 65 Meter

“Jadi keberadaan Jalur Rempah memiliki nilai historis yang penting bagi Kabupaten Pati. Di mana dahulu Pati menjadi persinggahan bangsa asing untuk mencari rempah-rempah,” tutur dia, Rabu (7/8).

Beni menceritakan, jejak Jalur Rempah ini mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat di Kabupaten Pati. Baik dari segi budaya hingga ekonomi.

Misalnya yakni galangan kapal yang sudah ada sebelum jaman kolonial Belanda. Galangan kapal ini menjadi keunggulan Pati karena sejak dulu menjadi salah satu produsen kapal terbaik di Nusantara.

“Kita angkat kembali dengan adanya fotografi ini. Nantinya juga luncurkan video sinematik yang akan kita luncurkan dengan harapan masyarakat mengenal adanya Jalur Rempah. Sebenarnya Jalur Rempah ini bukan hanya rempah-rempahnya saja tetapi juga dampaknya,” imbuhnya.

Baca juga:  Emak-emak di Pati Semprot Rombongan Sound Horeg, Anak dan Menantunya Kena Pukul

Tak hanya itu, lanjut Beni, berbagai kesenian pun tumbuh di Kabupaten Pati. Mulai dari ketoprak, wayang hingga kesenian Mandeling atau semacam seni tari tradisional.

“Kesenian Mandeling juga wujud alkuturasi budaya. Kesenian ini ada beberapa tokoh-tokoh multikultural. Mulai China Arab Indonesia. Di akhir pameran akan kita pentaskan,” tandas dia. (lut)