BEM Undip Gelar Aksi Usut Tuntas Kasus PPDS

SUARAKAN: Ketua BEM Undip, Farid Darmawan memimpin aksi usut tuntas kasus dugaan bunuh diri peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) saat Penutupan Orientasi Mahasiswa Baru 2024 di Stadion Undip, belum lama ini. (DOK. PRIBADI/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Diponegoro (Undip) melakukan aksi simbolik dengan cara menutup mata di depan mahasiswa baru dan jajaran pihak kampus dalam Penutupan Orientasi Mahasiswa Baru 2024 di Stadion Undip, Minggu (18/8). Aksi ini mendesak pihak berwenang untuk mengusut dugaan bunuh diri peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) berinisial AR (30) yang diduga akibat dari perundungan senior dan tekanan berat dari mata kuliah.

Ketua BEM Undip, Farid Darmawan mengukapkan secara pribadi dirinya cukup prihatin dengan kondisi yang ada dan turut berduka cita untuk mendiang alm AR. Dengan adanya aksi tutup mata ini, sebagai pengingat kepada pihak berwenang untuk mengusut tuntas kasus ini.

Baca juga:  Diikuti 7 Negara, Asian School Badminton Championship Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi

“Kalau iya ada hal-hal yang sekiranya betul perundungan bisa dituntaskan dan tidak terjadi lagi. Kalau memang tidak ada coba untuk diberikan rasionalisasi yang masuk akal. Dan kami coba menyadarkan kepada mahasiswa baru tidak boleh abai dengan problematika yang ada. Makanya disitu juga ada aksi tutup mata. Pihak berwenang juga tidak boleh menyepelekan kasus tersebut,” ucapnya saat dihubungi Joglo Jateng, Senin (19/8/24).

Lebih lanjut, ia menerangkan, aksi usut tuntas itu dibawakan karena per hari ini, mahasiswa kebingungan dengan keterangan yang berbeda antara pihak kampus dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).

Baca juga:  Komnas HAM Analisis Temuan Kasus dari Aksi Demo

“Kami merasa prihatin adanya ketidakselarasan informasi yang disampaikan, dan ini juga memunculkan spekulasi baru karena adanya ketidakselarasan tersebut. Apakah ada persoalan lain antar lembaga tersebut yang melatarbelakangi statemen yang berbeda,” jelasnya.

Dirinya bersyukur, tidak ada intervensi dari pihak kampus selama melakukan aksi simbolik. Bahkan, mereka tidak ada yang mempertanyakan atau membahas mengenai alasan adanya aksi tersebut.

Sementara itu, Ketua BEM Fakultas Kedokteran (FK), Ayyuba Rizqy menambahkan, ke depan pihaknya akan melakukan kolaborasi aksi guna terus mengawal lebih lanjut. Selain itu, karena dirinya menaungi prodi Strata 1, dipastikan tidak ada unsur senioritas maupun perundungan di lingkup kampus.

Baca juga:  Bawaslu Kota Semarang Awasi Akurasi Data Pemilih

“Kami belum menjajaki ranah S2. Jadi kami tidak tahu menahu mengenai kehidupan pascasarjana ketika mos dan kuliah seperti apa. BEM Undip belum diminta untuk dilibatkan (dalam kasus AR),” katanya.

Menurutnya, yang jadi polemik di dunia kesehatan atau S2 yaitu pada sistem praktek dari pihak penyelenggara. Selain Undip, ada pihak lain yakni rumah sakit mitra pendidikan, salah satunya RS Kariadi. “BEM FK akan berkoordinasi dengan birokasi diharapkan ada penjelasan yang komprenship mengenai kasus AR,” ujarnya. (int/gih)