Desa Selopuro Lestarikan Sedekah Bumi dengan Pentas Ketoprak

PENTAS: Ketoprak Wahyu Manggolo pentas di Desa Selopuro, Kecamatan Lasem untuk melestarikan budaya sedekah bumi pada Minggu, (18/8). (DYAH NURMAYA SARI/JOGLO JATENG)

REMBANG, Joglo Jateng – Desa Selopuro, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang menggelar pentas ketoprak yang selalu dinanti masyarakat. Ketoprak Wahyu Manggolo, yang sudah berdiri sejak 2007, terus menjadi primadona dan terlaris.

Ketua kelompok ketoprak, yang juga pendiri Wahyu Manggolo, Lek Mogol menjelaskan beberapa faktor yang membuat ketoprak ini tetap diminati masyarakat. Salah satunya karena Ketoprak Wahyu Manggolo mengikuti zaman.

“Kami memberikan sentuhan modern pada pertunjukan dengan kolaborasi musik dan gamelan. Ceritanya juga disesuaikan dengan humor masa kini, seperti cerita ‘Mendut Boyong’ dan ‘Babat Pati’,” ungkapnya.

Baca juga:  Rembang Raih Juara 1 di Ajang Ampera 2024 Tingkat Jawa Tengah

Selain itu, Ketoprak Wahyu Manggolo juga melakukan pembaruan pada sistem pencahayaan atau lighting. Hal ini membuat pentas semakin menarik.

“Kami selalu belajar dan berinovasi. Lighting kita perbarui, dan pemain-pemain baru terus direkrut untuk regenerasi. Saat ini, kami memiliki 96 anggota dari berbagai daerah yang sudah profesional tanpa perlu latihan intens,” tambahnya.

Menurutnya, Ketoprak Wahyu Manggolo memang dikenal dengan variasi tema cerita yang menarik. Terutama tema humor yang paling diminati oleh penonton. Beberapa cerita favorit yang sering dipentaskan antara lain ‘Mendut Boyong’, ‘Bahatiati Tanding’, ‘Mogol Amek Pesugihan’, dan ‘Pesugihan Babi Ngepet’.

Baca juga:  Dinsos Rembang Ingin Data Bantuan BLT Diupdate Setiap Bulan

Pentas Ketoprak Wahyu Manggolo telah melanglang buana hingga ke berbagai daerah di Jawa Tengah seperti Mojokerto, Pacitan, dan Sragen. Meskipun demikian, musik dan gaya pementasan mereka masih kental dengan ciri khas karisidenan Pati.

Salah satu penonton setia ketoprak dari Desa Ngemplak, Joearto mengungkapkan kekagumannya terhadap Wahyu Manggolo. Menurutnya, sebagai hiburan, ketoprak ini sebagai upaya melestarikan budaya Jawa.

“Saya selalu menyempatkan nonton kalau ada pentas ketoprak. Apalagi Wahyu Manggolo yang sudah terkenal. Cerita Roro Mendut dan Aryo Panangsang adalah favorit saya,” ujarnya.

Baca juga:  Lazismu Rembang Salurkan Bantuan ke MBS Gunem

Ketoprak Wahyu Manggolo tidak hanya menjadi media hiburan, tetapi juga alat untuk melestarikan budaya Jawa, yang diharapkan dapat terus diminati oleh generasi mendatang. (cr3/fat)