SEMARANG, Joglo Jateng – Anggota Tim Paramedis Jalanan Semarang, Nur Colis menyebut, sebanyak enam korban yang ikut dalam aksi demontrasi di depan DPRD Kota Semarang pada Senin (26/7/2024) lalu tengah menjalani konseling psikologis. Enam korban itu terdiri dari empat mahasiswa perempuan dan dua laki-laki.
Ia menyebut, mayoritas kawan aksi demo lainnya telah mengalami trauma. Bahkan, sebanyak 20 peserta aksi perempuan juga mengalami kekerasan fisik oleh aparat kepolisian saat terjadi kericuhan.
“Di antara mereka kena pukul bagian lengan tangan dan memar. Pascaaksi mereka diberi bantuan paramedis dari puskesmas atau rumah sakit. Kalau secara (pendampingan psikologis, Red.) mereka sudah ditawari dan ada yang ambil. Salah satu di antara mereka itu panik karena di WA (mendapat pesan WhatsApp, Red.) dengan kalimat intimidasi dari seseorang yang mana posisi saat itu (aparat kepolisian, Red.) sedang melakukan sweeping di kampus-kampus. Kemudian, dia (mahasiswa, Red.) akhirnya ambil konseling,” ucapnya saat dihubungi Joglo Jateng, Senin (2/9/24).
Dirinya menyayangkan tindakan aparat kepolisian saat menertibkan para demonstran yang hendak masuk ke dalam Gedung DPRD Kota Semarang. Menurutnya, cara mereka untuk membubarkan massa sangat tidak memanusiakan manusia, tidak sesuai prosedur dan tidak manusiawi.
“Perempuan juga memiliki hak untuk bersuara. Mereka mendapatkan perlakuan yang tidak ada bedanya dengan laki-laki seperti terkena pukul juga. Berdasarkan data memang perempuan yang paling banyak kena dampak,” ujarnya.
Di sisi lain, saat dikonfirmasi, Pimpinan Sementara DPRD Kota Semarang, Kadarlusman menyampaikan bahwa pihaknya tidak melarang adanya aksi demo tersebut. Menurutnya, hal itu merupakan bentuk ekspresi mahasiswa dan masyarakat dengan harapan MK bisa melakukan revisi RUU Pilkada.
“Kami sangat mendukung itu. Ini sebetulnya implementasi masyarakat untuk bersuara. Sehingga dimunculkan (aksi demo, Red.),” terangnya.
Ia menjelaskan, aksi itu memang tidak ada berkaitan dengan DPRD Kota Semarang. Meski begitu, pihaknya tetap mendukung dengan apa yang sudah dilakukan oleh para mahasiswa dengan cara unjuk rasa. (int/adf)