2 Bakal Paslon Walikota Semarang 2024 Punya Basis Elektoral Kuat

SINERGI: Dua bakal pasangan calon usai melakukan pendaftaran di KPU Kota Semarang, belum lama ini. (ANTARA/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Dalam pendaftaran pencalonan Bakal Calon Walikota dan Wakil Walikota Semarang 2024 telah muncul dua paslon yang datang ke Kantor KPU Kota Semarang. Keduanya adalah Yoyok Sukawi – Joko Santoso dan Agustina Wilujeng Pramestuti – Iswar Aminuddin.

Pakar politik Universitas Diponegoro (Undip), Wahid Abdurrahman menilai keempat figur tersebut memiliki basis elektoral yang cukup kuat di Ibu Kota Jawa Tengah. Sebab, nama mereka dikenal besar oleh masyarakat lokal dan berkembang secara politik.

“Keempat figur itu semua punya basis elektoral yang cukup kuat di Kota Semarang. Karena mereka ini figur yang  besar dan berkembang secara politik matang,” ucapnya saat dihubungi Joglo Jateng, Rabu (4/9/24).

Baca juga:  Unwahas Tuangkan Ekoenzim di Waduk Jatibarang

Ia melihat latar belakang dari kader PDI Perjuangan Agustina Wilujeng Pramestuti sudah cukup menyakinkan dengan berbagai pengalaman berorganisasi dan politiknya. Antara lain sejak menjadi aktivis mahasiswa, Anggota DPRD Kota Semarang, hingga Anggota DPR RI Komisi X periode 2019-2024. Sementara, Iswar Aminuddin memiliki banyak pengalaman juga karena menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Setda) Kota Semarang.

“Tentu tour of duty-nya itu sudah banyak di dinas maupun badan di Kota Semarang. Dan itu perlu butuh proses yang panjang,” jelas Wahid.

Disisi lain, ia juga menyoroti Yoyok Sukawi yang tak hanya sebagai putra Mantan Wali Kota Semarang Sukawi Sutarip, namun juga sebagai CEO PSIS. Juga Anggota DPRD Jateng Dapil Kota Semarang.

Baca juga:  50 Anggota DPRD Kota Semarang 2024-2029 Resmi Dilantik

“Joko Santoso, politisi Gerindra pernah menjadi wakil ketua DPRD Kota Semarang, besar tumbuh di Semarang. Artinya Pak Joko ini sudah lama berkecimpung beraktivitas secara sosial dan politik di Kota Semarang,” tutur Wahid.

Ia menjelaskan, mesin politik Yoyok – Joko memang jauh lebih bervariatif karena didukung dari berbagai macam parpol. Seperti contohnya, Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai PSI dan masih banyak lagi.

“Ini ibarat koalisi gemuk tapi juga ini ada potensi tidak berjalan ketika konsolidasi dengan baik tapi paling tidak mereka ada PKS yang secara kaderisasi cukup baik. Ini menjadi salah satu pilar penting dari koalisi ini. Di samping Pak Yoyok secara kader demokrat dan Joko Gerindra. Paling tidak tiga partai ini bisa maksimal,” terang Wahid.

Baca juga:  Batasi Jumlah Massa yang Masuk ke Kantor KPU

Jika bisa maksimal, kata Wahid, partai non parlemen ini akan menjadi kekuatan yang besar. Akan tetapi, dalam banyak kasus di Pilkada, yang terjadi adalah minimnya sinergitas di dalam internal partai non parlemen.

“Inilah tantangan dari Yoyok dan Joko bagaimana mengonsolidasikan, sinergikan dukungan partai dengan arus bawah yakni internal kader mereka. Karena ini pilar utama bagi pasangan ini,” imbuhnya.

Ia menyebut, berbeda dengan PDI Perjuangan yang relatif mudah untuk mengonsolidasikan kader internal partai. Sehingga, diharapkan bagaimana parpol ini bisa memperluas basis elektoral di luar partai. (int/adf)