Keluarga dr. Aulia Mengaku Diintimidasi

Kuasa Hukum Keluarga Dokter Aulia Risma Lestari, Misyal Achmad. (LU'LUIL MAKNUN/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Ibunda dan adik dari almarhum dokter Aulia Risma Lestari, mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Undip Semarang kembali mendatangi Polda Jateng, Kamis (5/9/24). Kedatangannya untuk memenuhi panggilan dari Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jateng untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Pantauan Joglo Jateng, Nuzmatun Malinah (57), ibunda mendiang dr Aulia Risma Lestari didampingi kuasa hukumnya Misyal Achmad dan adik kandung dr Aulia, dr Nadia tiba di Polda Jateng pada pukul 09.00.

“Ya tambahan, menyempurnakan laporan yang kemarin. Bukti-buktinya juga sudah kita kasih, saksinya juga sudah kita kasih tau. Cuma karena ini proses pemeriksaan awal ya kita tidak bisa terlalu terbuka,” kata Kuasa Hukum Keluarga dr. Aulia Risma Lestari, Misyal Achmad di depan gedung Ditreskrimum Polda Jateng, Kamis (5/9/24).

Dalam kesempatan tersebut, Misyal mengaku bahwa pihak keluarga banyak mendapatkan intimidasi dari beberapa pihak setelah melaporkan peristiwa ini ke Polda Jateng. Oleh karena itu, pihaknya akan meminta perlindungan baik dari Kemenkes RI hingga Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

Baca juga:  Realisasi Investasi di Jateng Semester I Tembus Rp 42,77 Triliun

“Saya tidak bisa buka (siapa yang mengintimidasi) dulu kita mesti jaga keamanan buat mereka (keluarga dan saksi). Nanti kalau kaya gini tanya ke polisi. Semua kita sudah lapor LPSK untuk korban-korban,” tandasnya.

Misyal menilai dari kasus kematian dokter Aulia yang meninggal karena perundungan ini wujud dari buruknya pendidikan di Indonesia. Sebab jika menyoal kesehatan, ilmu kesehatan di Indonesia sudah cukup bagus dan sebanding dengan yang ada di negeri tetangga.

“Sebetulnya ini ranahnya Kementerian Pendidikan. Kementerian Pendidikan yang mempunyai program. Kalau ilmu kesehatan di Indonesia sudah cukup bagus, alat-alat kita sudah canggih cuma sitemnya bisa dikatakan bobrok,” bebernya.

Pihaknya menyayangkan adanya perundungan pada dunia kedokteran. Menurutnya, pengancaman, intimidasi, dan pemerasan ini cara prmanisme yang tak patut diterapkan di manapun. “Kalau mengajar dokter-dokter dengan cara seperti preman kayak begini bagaimana kita bisa mendapatkan dokter yang memiliki empati kepada pasien, cara bicaranya baik, tidak emosional,” lanjutnya.

Baca juga:  BKPP Kota Semarang Tegaskan Aturan soal Netralitas ASN

Menurutnya, perundungan di PPDS diibaratkan seperti bola salju, pelaku merupakan sosok yang pernah menjadi korban dari para seniornya. Hal ini harus diputus mata rantainya dan hal ini merupakan tanggung jawab dari Kementerian Pendidikan.

“Nah kalau kita tidak putus mata rantai ini ya repot. Ini yang harus bertanggung jawab Kementerian Pendidikan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Misyal menyebut pihaknya berharap seluruh pelaku dan yang membiarkan perundungan terjadi di dunia pendidikan harus dihukum seberat-beratnya. Bahkan jika bisa para pelaku dihukum mati.

“Saya keinginannya kalau bisa dihukum mati semuanya yang membiarkan hal ini. Nggak bagus loh kalau dibiarkan seperti ini,” tegasnya.

Baca juga:  331 Formasi CPNS Dibuka

Dia mengaku bahwa Ibunda dari mendiang dokter Risma beberapa kali sudah melaporkan peristiwa perundungan ini kepihak kampus. Kendati demikian pihaknya tak mendapar respon yang baik. Justru malah kehilangan anaknya selama-lamanya.

“Ibunya, bapaknya sudah mengiba, melaporkan ke kampus sampai ada peristiwa ini,” ujarnya.

Terpisah, Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jawa Tengah Kombes Pol Johanson Simamora mengatakan, laporan itu sedang didalami dengan melakukan penyelidikan.

“Nanti saksi-saksi berkaitan akan kita periksa. Setelah kita lakukan berita acara pemeriksaan dari pelapor akan dikembangkan kemana arahnya,” jelasnya selepas mengikuti acara simulasi Sispamkota di Simpang Lima, Kota Semarang, Kamis (5/9/24).

Pihaknya juga berpedoman terhadap data investigasi dari Tim Kementerian Kesehatan sebagai petunjuk awal. “Hasil investigasi itu sudah diserahkan ke kita, nanti akan sebagai petunjuk dan pendalaman terhadap saksi-saksi lain,” jelasnya. (luk/gih)