KUDUS, Joglo Jateng – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Sosial berkomitmen mendongkrak perekonomian masyarakat. Hal itu dilakukan melalui bantuan sosial kepada 1.000 Kelompok Usaha Bersama (Kube) di 35 kabupaten/kota. Termasuk Kabupaten Kudus yang mendapatkan bantuan total Rp 600 juta untuk 30 kelompok, yang masing-masingnya memperoleh Rp 20 juta, dan tersebar di lima kecamatan, yaitu Kecamatan Mejobo, Bae, Dawe, Jati dan Kota.
Puluhan Kube yang terdiri dari masing-masing 10 anggota di setiap kelompok, mengikuti bimbingan teknis pelaporan pertanggung jawaban dana bantuan Kube 2024 di Aula Dinsos P3AP2KB Kudus, pada Selasa (10/09). Acara tersebut difasilitasi Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan KB (Dinsos P3AP2KB) Kudus dan menghadirkan narasumber dari Dinsos Jateng
Dalam kesempatan itu, Sub Koordinator Penanganan Fakir Miskin Perkotaan dan Daerah Rentan Dinsos Jateng, Heru Sunoto menyebutkan, guna mendukung pemberdayaan masyarakat dan mengatasi tingkat kemiskinan di Jawa Tengah, pemerintah memfasilitasi modal usaha dan bimbingan usaha kepada masyarakat Jawa Tengah melalui Kube. Menurutnya penanganan kemiskinan akan lebih mudah dilakukan dengan pendampingan usaha per-kelompok.
“Kube ini bisa memudahkan pemerintah mengatasi kemiskinan dari aspek kegiatan pemberdayaan, yaitu melalui modal usaha serta entrepreneurship manajemen. Melalui upaya penyelesaian masalah perekonomian yang dilakukan secara perkelompok,” terangnya kepada Joglo Jateng, di Kudus.
Ia menambahkan, kelompok usaha bersama ini terdiri dari keluarga miskin yang dibentuk dan tumbuh atas prakarsa melaksanakan usaha ekonomi produktif dengan tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial keluarga. Heru menuturkan, Kube yang beranggotakan 5 hingga 20 orang itu harus dari masyarakat miskin yang masuk dalam Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu (DTPFMOTM).
“Ada empat hal yang bisa didapatkan dalam pendampingan Kube. Yaitu aspek hubungan sosial, kelembagaan dan manajemen, kemajuan ekonomi dan teknis administrasi pelaporan,” imbuhnya.
Heru menilai, Jawa Tengah memiliki banyak potensi yang bisa dijadikan sebagai modal pertumbuhan ekonomi daerah. Baik di bidang industri, pertanian, perdagangan maupun jasa. Tak terkecuali Kudus sebagai Kota Wisata Religi yang berpotensi sebagai ladang perekonomian masyarakat.
“Kami membuka Bansos Kube ini setiap tahun. Kami berharap mereka bisa berkomitmen melalui diskusi berbagi pengalaman dan saling membantu. Sehingga tetap eksis dan terus maju,” harapnya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinsos P3AP2KB Kudus, Putut Winarno menyebutkan, adanya bantuan stimulan Kube ini bermanfaat dan berdaya guna untuk masyarakat Kudus dalam mengembangkan usaha masyarakatnya di Kudus. Sehingga, ia meminta agar para penerima bisa memanfaatkan peluang dengan baik dan mempertanggungjawabkan sesuai dengan teknis yang disampaikan Dinsos Jateng.
“Termasuk pentingnya mentoring keberlanjutan dari para pendamping di masing-masing Kube. Sehingga diharapkan dampak yang bisa dirasakan dengan stimulan bantuan ini bisa menjadikan warga Kudus yang tergabung Kube menjadi pengusaha besar di kemudian hari,” ungkapnya.
Ia berharap, selanjutnya pihaknya ingin agar ada kolaborasi antar OPD terkait peningkatan perekonomian ini. Misalnya Dinas Kesehatan sebagai pengarah olahan makanan sehat, Dinas Perdagangan memberikan rekomendasi harga bahan baku lebih murah dan Dinas Kebudayaan Pariwisata yang ikut mempromosikan produk-produk hasil usaha warga Kudus.
“Peningkatan ekonomi ini semua tugas OPD. Kita tidak bisa egosentris, sehingga dibutuhkan kolaborasi bersama untuk memajukan Kudus dengan filosofi Bagus Ngaji Dagang (Gus Jigang),” tandasnya. (cr1/all)