Peringati Hari Kelahiran Nabi Muhammad, Kiai Muhajir Ajak Santri Tiru Rasa Malu yang Dimiliki Rasulullah

CERAMAH: Kiai Muhajir memberikan mauidhoh hasanah dalam agenda peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW di lapangan Pondok Pesantren Al-Uswah, Ahad (15/9/2024). (DOK.PRIBADI/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Malam kedua belas Rabiul Awwal menjadi peringatan hari besar umat Islam, yaitu kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pondok Pesantren Al-Uswah mengadakan Pengajian Akbar dalam rangka puncak maulid yang telah dimulai dari awal bulan.

Kali ini setelah pembacaan Kitab Maulid Al-Barzanji hadir Kiai Muhajir dari Salatiga memberikan mauidhoh hasanah bertempat di lapangan Pondok Pesantren Al-Uswah.

“Akhir-akhir ini, rasa malu menjadi perhatian yang serius. Banyak yang meninggalkan rasa malu. Akhlak santri sudah mulai memudar,” tutur Kiai Muhajir, Ahad (15/9/2024).

Baca juga:  Beri Arahan Konsolidasi PDIP, Puan Optimistis Menang

Di hadapan wali santri Pondok Pesantren Al-Uswah dan warga sekitar pesantren, Kiai Muhajir mencontohkan akhlak Nabi sebagai suri teladan berupa memiliki rasa malu yang tinggi.

“Santri bisa meniru ini dari Kanjeng Nabi. Salah satunya dengan bersikap tawaduk. Apalagi dihadapan guru atau kyainya. Seperti halnya Kanjeng Nabi kalau berjalan tak pernah mendongakkan kepalanya,” ucap Kiai Muhajir.

Ia memberikan ilustrasi lain tentang rasa malu dari sebuah Hadits berkaitan dengan utang atau mengutangi.

Akhlak Nabi ketika bertemu dengan orang yang dihutangi Nabi malah menghindari dari sahabat yang berhutang tersebut. Karena akan menimbulkan rasa malu bila bertemu Nabi. Hal-hal seperti ini diperhatikan oleh Nabi.

Baca juga:  Bawaslu Jateng: Purworejo dan Pekalongan Jadi Daerah Rawan Tinggi

“Tidak cukup dengan hanya membaca selawat saja, namun dengan mengikuti tindak lampah (tingkah laku, Red.) Nabi,” lanjut Kiai Muhajir.

Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Uswah, KH. M. Thoyyib Farchany mengingatkan kepada jemaah yang hadir akan pentingnya memuliakan dengan cara menghormati kanjeng Nabi.

Semua orang, kata dia, bisa menghormati Maulid Nabi dengan cara masing-masing. Seperti santri dengan cara mengaji dan menuntut ilmu dengan tekun. Kemudian, wali santri bekerja dengan ikhlas untuk mendapatkan rezeki yang halal.

Gus Thoyyib lalu menyitir hadits yang berisi tentang cara menghormati dan memuliakan hari kelahiran Kanjeng Nabi.

Baca juga:  PBSI Upgris Lawatan Sastra di SMA N 2 Kendal

“Barangsiapa memuliakan hari kelahiranku, maka kelak akan mendapatkan syafaatku di Hari Kiamat. Dan barangsiapa berinfak dirham dalam peringatan Maulid Nabi, maka sama dengan pahala infak gunung emas di jalan Allah Swt.” papar Gus Thoyyib. (*/adf)