PATI, Joglo Jateng – Kekeringan melanda sejumlah wilayah Kabupaten Pati dan semakin meluas. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat pun akhirnya menetapkan status tanggap darurat bencana.
Status ini ditetapkan dalam Rapat Penetapan Status Tanggap Darurat Kekeringan di Ruang Joyokusumo Setda Pati, Selasa (24/9/24). Rapat tersebut dipimpin langsung oleh Penjabat (Pj) Bupati Pati Sujarwanto Dwiatmoko dan ikuti sejumlah pihak. Mulai dari BPBD Kabupaten Pati, Satpol PP Pati, Dinas Ketapang, Polresta Pati, PN, hingga Kodim 0718/Pati.
Sujarwanto mengatakan, status tanggap darurat bencana ini akan berlangsung selama dua pekan mendatang. Pemberlakuan masa ini juga masih bisa berlanjut dengan melihat kondisi bencana kekeringan.
“Masa tanggap darurat bencana kekeringan selama 14 hari ke depan. Semoga ini nanti berdampak baik. Bila nanti harus diperpanjang kami perpanjangan. Tapi kalau sudah hujan kita segera hentikan,” kata dia.
Ia menjelaskan, penetapan status tanggap darurat kekeringan ini dilakukan lantaran jumlah desa dan warga yang terdampak kekeringan semakin meluas. Pasalnya, kondisi ini mengakibatkan masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih.
“Melihat perkembangan situasi yang ada mulai dari perairan untuk rumah tangga, pertanian dan dampak kebakaran. Itu cukup mengganggu karena laporan setiap pekan ada. Dua hari sekali bahkan sehari beberapa ada kejadian kebakaran,” ujar dia.
Berdasarkan data terakhir, setidaknya ada 156.850 jiwa warga dari 47.098 keluarga di Kabupaten Pati mengalami krisis air bersih. Mereka tersebar 71 desa yang tersebar di 9 kecamatan mengalami kekeringan.
Kecamatan yang mengalami krisis air bersih tersebut yakni, Kecamatan Sukolilo, Kayen, Gabus, Jakenan, Jaken, Winong, Tambakromo, Batangan dan Pucakwangi.
“Sebanyak 940 tangki air bersih sudah disalurkan. Masing-masing tangki 5 ribu air. Sehari bisa kirim 20-35 tangki,” terangnya dia.
Pemkab Pati pun bakal melakukan berbagai langkah untuk menanggulangi krisis air bersih tersebut. Sejumlah dinas diminta ikut berperan agar kekeringan tidak semakin meluas.
“Kita juga bahas beberapa program. Bagaimana memenuhi sumur-sumur, sumber air bersih dan pola tanam yang baik agar tidak merugikan karena gagal panen. Kita coba bagaimana pemenuhan air bersih, mengatasi dampak kebakaran dengan agar bisa berumah tinggal kembali,” pungkasnya. (lut/fat)