KUDUS, Joglo Jateng – Sebanyak 33 produk inovasi hasil rekayasa teknologi SMA N 1 Bae ditampilkan dalam gelar karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), pada Rabu (26/9) hingga Jumat (27/9). Diantaranya jemuran otomatis, generator emergency solar panel, penyiram tanaman otomatis, automatic dispenser. Lalu inovasi water trash bin, kipas outomatis, alarm pendeteksi banjir, pendeteksi temperatur panas hingga sensor parkir mobil dan lainnya.
Menurut keterangan Pendamping P5, Asfia Rosita, produk inovasi rekayasa teknologi ini merupakan hasil dari pelaksanaan pembelajaran P5. Adapun P5 pada tema ini diikuti oleh 389 siswa yang merupakan seluruh siswa kelas 12.
“Di masing-masing kelompok yang terdiri sekitar 11 orang akan mempresentasikan hasil karyanya sesuai nomor urut. Mereka juga membuat stand untuk memperlihatkan produk tersebut kepada adik tingkatnya,” terangnya kepada Joglo Jateng.
Asfia menilai, inovasi para siswa sangat memuaskan. Menurutnya banyak ide brilian yang mereka tuangkan menjadi sebuah produk. Bahkan beberapa kelompok ada yang memanfaatkan barang bekas.
“Tentu harapannya ini adalah awal mereka untuk menjadi generasi muda yang berkarir sebagai para ilmuan selanjutnya,” ungkapnya.
Pihaknya menyebut, sekolah juga berusaha memfasilitasi ide dan bakat anak melalui ekstrakurikuler dan penjurusan. Yaitu jurusan informatika, kesehatan, teknik hingga soshum.
Sementara itu, siswa kelas XII F 1, Nur Adi Kurniawan menjelaskan, ia membuat inovasi bernama sundried atau jemuran otomatis bersama tim. Alat yang dibuat dari arduino uno tersebut dirakit dengan modal kurang lebih Rp 200 ribu.
Alat ini, kata dia, dibuat untuk orang-orang yang jarang berada di rumah. Sehingga jika ada pakaian yang sedang dijemur dan tiba-tiba hujan maka orang tersebut tidak perlu panik dan bersusah payah mengangkat jemuran. Demikian itu karena sundried ini memiliki sensor terhadap air yang akan bekerja otomatis pada tali jemuran agar masuk ke dalam rumah.
“Cara kerjanya terdapat sensor air hujan yang nantinya akan tersambung otomatis dengan tali jemuran. Inovasi ini pun berawal dari melihat keresahan warga bahkan orang tua saya sendiri sehingga ini bisa diterapkan sehari-hari,” jelasnya.
Sementara itu siswa kelas XII F 7, Elpatra, mengaku sempat gagal saat membuat produk inovasi. Jika sebelumnya ia dan tim gagal membuat lampu otomatis, El dan tim pun memilih inovasi Sistem Alarm Pendeteksi Bencana Banjir.
“Pembuatannya dua hari dengan biaya yang lumayan murah. Maka inovasi ini bisa menjadi referensi di beberapa lokasi yang rawan banjir. Artinya jika volume air di sungai atau sejenisnya terlihat naik akan ada bunyi alarm yang memberitahu,” bebernya. (cr1/fat)