PB IDI Siap Dampingi Kasus Bullying Alm dr Aulia

DUKA: Sejumlah lilin menghiasi poster duka cita atas meninggalnya salah satu mahasiswi PPDS Anestesi dr Aulia Risma Lestari (30) dengan dugaan perundungan saat aksi lilin sebagai simbol berkabung BEM FK Undip di Lapangan Widya Puraya Undip, Tembalang, Semarang, beberapa waktu lalu. (AJI STYAWAN-ANTARA/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) siap mendampingi kasus bullying terhadap mahasiswa PPDS Anestesi Undip almarhumah dr Aulia Risma Lestari. Hal ini menjadi dasar tanggung jawab dari sebuah organisasi, serta proses pendampingan hukum menjadi salah satu hak yang didapat seluruh anggota IDI.

Ketua Umum PB IDI, Dr. dr. Mohammad Adib Khumaidi, Sp.OT mengukapkan, kasus bullying di dunia kedokteran memang menarik perhatian masyarakat. Dirinya menegaskan, pihaknya memiliki komitmen untuk memberantas perundungan dengan memberitahu kepada struktur dibawahnya IDI, dan perhimpunan.

Baca juga:  1,2 Juta Hektare Wilayah di Jateng Rawan Longsor

“Tapi kami juga punya tugas di dalam aspek pendidikan ini akan menghasilkan SDM yaitu dokter-dokter spesialis yang berkualitas. Berkualitas dari sisi knowledge dan lain-lain. Sehingga rambu-rambu di dalam pelaksanaan pendidikan yang itu dibuat oleh satu SOP itu harus ada. Ini yang kami dorong dari IDI,” ucapnya saat ditemui oleh Joglo Jateng, belum lama ini.

Sehingga, kata Adib, pada saat mahasiswa yang sedang melaksanakan PPDS, mereka harus mengetahui tugas dan tanggungjawab yang mestinya dipenuhi. Namun, ada juga yang dilarang untuk dilakukan seperti tindakan kekerasan maupun perundungan.

Baca juga:  KNTI Jateng Ajukan Surat Rekomendasi Pendirian SPBUN

“Nah ini saya kira ada semacam kontrak kerja yang harus dibuat sehingga pada saat ia menjalankan pendidikan dia tahu mana yang batas-batasan itu. Selama ini kita terfokus pada ending-nya jadi hanya hilirnya saja karena kita mempermasalahkan secara hukum. Tapi kalau kita bicara hilirnya saja tidak melakukan upaya preventif di hulunya maka ini kemungkinan besar akan terulang,” jelasnya.

Maka dari itu, dirinya mengajak kepada pemerintah untuk bersama-sama mengelola pendidikan ini dengan lebih baik. Selain itu, menciptakan proses pendidikan dokter spesialis yang aman, nyaman, dan mencapai kompetensi yang diharapkan.

Baca juga:  FUHum UIN Walisongo Selenggarakan Konferensi Internasional ICONHUMANS, 48 Makalah Dipresentasikan

“Sehingga menghasilkan dokter yang baik dan beretika. Ini yang menjadi konsen kami. Di dalam aspek kemudian masuk ke ranah hukum kita ya gak masuk di wilayah sana. Tapi kami ingin mengajak semua untuk kemudian bicara di hulu bagaimana upaya pencegahannya,” ucapnya. (int/gih)