SEMARANG, Joglo Jateng – Pakar politik Universitas Diponegoro (Undip), Wahid Abdurrahman menyebutkan salah satu hal yang diinginkan oleh anak muda kepada pasangan calon (paslon) Walikota dan Wakil Walikota Semarang yaitu adanya fasilitas ruang publik. Hal ini mengingat banyaknya fenomena tawuran yang dilakukan oleh kelompok gangster di Kota Semarang.
“Melihat fenomena banyaknya tawuran kreak di Semarang, perlu ruang publik bagi mereka untuk berekspresi. Nah ini yang nampaknya secara kasat mata tidak terlihat,” ucapnya saat ditemui Joglo Jateng, Kamis (3/10/24).
Ia menambahkan, salah satu contoh ruang publik yang dapat diterapkan di Kota Semarang yaitu aksesibilitas internet di beberapa titik ruang terbuka. Menurutnya, hal ini mudah bagi pemerintah untuk mengontrol anak muda dalam memanfaatkan tempat tersebut.
“Kemudian ada tempat latihan skateboard, musik dan lain-lain. Di sisi lain, saya kira konsep taman hijau yang dibuat saat periodenya Mas Hendi dan Mbak Ita bagus untuk perspektif kota hijau. Tapi kita lihat banyak taman di Semarang itu fungsinya hanya itu saja untuk jogging, anak -anak main, malah yang muda dipakai untuk pacaran,” jelasnya.
Selain itu, Wahid menuturkan, kedua paslon bisa membangun kolaborasi dengan pihak ketiga terkait dengan pengelolaan ruang publik. Sehingga, ini perlu dilakukan supaya anak-anak muda mendapat dukungan penuh untuk berekspresi.
“Contohnya (untuk ruang publik) klub sepak bola, memang klub sepak bola di Semarang banyak. Dalam hal ini dia (pemerintah) bisa bekerjasama dengan sponsor. Bahkan di kampung-kampung kecil di sana saja untuk klub sepak bola disponsori (pihak ketiga),” ungkapnya.
Selanjutnya, ia menjelaskan, akses lapangan kerja untuk anak Gen Z juga memerlukan kajian khusus. Pasalnya, banyak mahasiswa yang menempuh pendidikan perguruan tinggi di Kota Semarang tidak menentukan apakah mereka akan langsung bekerja di Ibukota Jawa Tengah ini atau tidak.
“Kalau melihat infrastruktur ekonomi di Semarang seperti di pantura dan sebagainya itu sebagian besar sudah tertampung dari Demak, Kaliwungu, Kendal, dan Kabupaten Semarang. Tapi apakah itu menjadi kebutuhan kedua dari gen Z dan Milenial di Semarang? Kalau (bekerja) pabrik untuk gen muda kalangan menengah, tapi kalau kampus ini yang menjadi pertanyaan,” terangnya.
Dalam pesta konstentasi Pilwakot 2024 ini, kata Wahid, sifat kritis dan mudah berubah yang dimiliki oleh anak Gen Z dan Gen Milenial sangat penting untuk memilih pasangan yang tepat untuk memimpin Kota Semarang menjadi lebih baik.
“Tapi disaat yang sama dia (anak muda) militant. Kalau kemudian dia berhasil ditarik, maka tren Gen Z dan Milenial sebagai penentu kemenangan akan terjadi di semarang, ini cuman masalah waktu saja,” pungkasnya. (int/gih)