KUDUS, Joglo Jateng – Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten (Dinarpus) Kudus, mencatat 8 perpustakaan sekolah Kudus yang telah mendapatkan visitasi akreditasi dengan nilai sementara A. Diantaranya SMP 2 Jati, SMP 1 Undaan, SMP Masehi, SMP Nawa Kartika, MTs N 1 Kudus, MTs NU Banat, MTs Tahfidz Putri Yanbuul Quran 2 Muria dan MTs NU Nurul Huda Kaliwungu.
Plt Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kudus, Fiza Akbar menjelaskan, penilaian akreditasi perpustakaan dilaksanakan oleh Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca Perpustakaan Nasional pada 9-10 Oktober lalu. Adapun hasil nilai A tersebut masih bersifat sementara. Karena akan dilanjutkan sidang hasil visitasi di Perpustakaan Nasional beserta tim asesor.
“Penyerahan sertifikat akreditasi juga menunggu rapat pleno dewan asesor di Perpusnas. Sehingga harapannya beberapa revisi yang diperbaiki oleh 8 sekolah tersebut bisa mempertahankan nilai A,” jelasnya saat ditemui Joglo Jateng, akhir pekan ini.
Akreditasi perpustakaan ini merupakan bagian dari upaya Dinarpus Kudus yang dilakukan sebagai bagian proses yang menuntut kerja keras, kolaborasi dan komitmen dari seluruh elemen. Tujuannya adalah untuk membangun dan meningkatkan kualitas citra perpustakaan dan lembaga yang menaunginya sebagai sarana mengukur keberhasilan perpustakaan.
“Perpustakaan sebagai jantung utama peningkatan literasi. Oleh sebab itu dengan adanya peningkatan ini diharapkan literasi dan minat baca semakin meningkat,” paparnya.
Sementar, imbuh Fiza, Dinarpus Kudus dalam hal ini melakukan pembinaan pengellaan perpustakaan kepada sekolah. Dengan target pencapaian nilai A berdasarkan atas 9 komponen.
“Mulai dari koleksi, sarana dan prasarana, pelayanan, tenaga, penyelenggaraan, pengelolaan, inovasi dan kreativitas. Tingkat kegemaran membaca serta indeks pembangunan literasi masyarakat,” imbuhnya.
Ia menilai delapan sekolah tersebut telah memenuhi komponen tersebut, hanya saja yang saat ini menjadi sorotan adalah rendahnya tenaga pustakawan yang dianggap tidak seimbang dengan jumlah pemustaka. Dirinya berharap ke depan ada pembukaan formasi bagi tenaga pustakawan agar peningkatan SDM yang juga tugas perpus sekolah bisa terlaksana dengan maksimal.
“Standarnya minimal ada dua pemustaka di masing-masing perpustakaan. Beberapa pun ada yang merangkap sebagai bendahara atau guru kelas sehingga tidak bisa fokus mengelola perpustakaan,” tandasnya. (cr1/fat)