Belajar Berbagai Ilmu, Dituntut Bawa Perubahan Positif

Ketua Fatayat NU Kota Semarang, Hj.Istighfaroh, M.Pd,
Ketua Fatayat NU Kota Semarang, Hj.Istighfaroh, M.Pd, (DOK. PRIBADI/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Ketua Fatayat NU Kota Semarang, Hj. Istighfaroh menyebut bahwa santri merupakan pilar penting yang berkontribusi besar di kehidupan masyarakat. Bahkan, kiai dan santri juga berperan aktif untuk meraih kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 silam.

Sampai sekarang santri mempunyai peran yang sangat penting di mana santri menjadi pilar pesantren. Mereka menjadi pelopor positif, selain mempelajari ilmu-ilmu di pesantren. Juga berkontribusi aktif di masyarakat dalam berbagai kegiatan baik itu sosial, membantu masyarakat mengajar dan lain sebagainya.

Is, sapaan akrabnya menyampaikan, mereka dituntut untuk membawa perubahan yang positif dengan melestarikan nilai-nilai luhur agama dan budaya. Diharapkan mereka dapat meminimalkan hal-hal yang tidak baik seperti korupsi.

Pemkab Demak

Sebelum menjabat sebagai Ketua Fatayat NU Kota Semarang, kata Is, dirinya memiliki latar belakang organisasi NU yang sangat kuat. Dimulai saat ia pernah menjabat sebagai Ketua Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) di bangku kelas 2 MA di Kabupaten Pekalongan.

Baca juga:  Ribuan APS dan APK di Semarang Ditertibkan

“Kemudian tahun 1996 kuliah di Unnes saya aktif sebagai bendahara di PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Red.) Kota Semarang. Tahun 1999 saya menjadi bendahara Korcab PMII Jateng, pada saat itu saya juga nyantri di Pondok Pesantren As Salafy Al Asror,” ucapnya saat dihubungi Joglo Jateng, Senin (21/10/24).

Pada tahun 2005 hingga 2012, Is menjabat sebagai Ketua Ranting tingkat Desa Patemon Kecamatan Gunungpati. Setelah periode itu selesai, ia diberi amanah untuk menjadi Plt Ketua Fatayat NU Gunungpati selama dua periode. Terakhir, dirinya menjabat sebagai Ketua Fatayat NU Kota Semarang periode 2022 -2027.

“Yang sudah dilakukan Fatayat, dua tahun ini sudah ada banyak kegiatan untuk meningkatkan kompetensi perempuan. Di sini kebanyakan kita usianya produktif di dalam segala hal baik itu secara ide, gagasan, kreativitas,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga memiliki sejumlah lembaga yang dijalankan. Di antaranya Lembaga Konsultasi Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (LKP3A), Ikatan Hafidhul Fatayat, Koperasi Yasmin, dan membentuk satgas kesehatan.

Baca juga:  Komite Diminta Ikut Awasi Penggunaan BOS

“Kita pernah memberikan pelatihan parenting bagaimana seorang perempuan itu bisa memanage dirinya sebagai orang tua yang baik di era digitalisasi dalam merawat anak, pelatihan website, public speaking, pelatihan kewirausahaan perempuan, ikut serta dalam pengentasan angka stunting di Kota Semarang, workshop ketahanan pangan,” tambahnya.

Lalu ada juga, kegiatan pencegahan dini kanker serviks dan kanker payudara perempuan, penanganan gizi pada ibu hamil. Kemudian, memberikan bantuan sosial kepada korban bencana alam, aksi mendukung Palestina yang telah terkumpul dana sebanyak Rp 60 juta, dan santunan anak yatim dan piatu.

Workshop kerja sama untuk menuju pesantren yang ramah anak dan pesantren sehat. Kerja sama ini dengan semua stakeholder mulai pemerintah, NU, PAC dan masih banyak lagi,” paparnya.

Baca juga:  Bawaslu Kota Semarang Larang Pemasangan APK di Sejumlah Tempat

Dirinya berharap untuk Fatayat NU Kota Semarang kedepannya, menjadi seorang perempuan yang berperan serta berkontribusi penting di setiap pekerjaannya. Selain itu, juga memberikan dampak positif dengan membawa nilai yang positif yang ada di Fatayat.

“Mari kita bangun masyarakat ini dengan tingkatkan kapasitas kompetensi dan kualitas diri. Seorang perempuan tidak hanya di rumah tangga tapi juga publik juga. Tetapi jangan lupa bahwa ada peran kita sebagai ibu di rumah dalam mendidik anak,” ungkapnya.

Dalam memperingati Hari Santri, dirinya juga berpesan kepada santri untuk tidak bermalas-malasan meskipun fasilitas yang diberikan telah terpenuhi. Dirinya juga mengajak mereka untuk tetap berjuang untuk meningkatkan etos kerja, serta daya saing yang tinggi.

“Agar insan pesantren bisa berkiprah secara optimal di masyarakat, bisa bermanfaat kepada umat entah itu memberikan wawasan keagamaan, mengabdi kepada masyarakat serta memberikan solusi terbaik,” pesan Is. (int/adf)