SEMARANG, Joglo Jateng – Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri melakukan penangkapan terhadap tiga terduga teroris di tiga lokasi berbeda di Jawa Tengah. Yakni di wilayah Solo, Demak, dan Kudus.
“Penangkapan tiga terduga teroris oleh Densus Mabes Polri masing-masing di Solo, Demak, dan Kudus,” kata Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Pol. Artanto, Senin (4/11/24).
Namun, Artanto tidak menjelaskan secara detail identitas serta kronologis penangkapan tersebut.
“Nanti akan dijelaskan lebih detail oleh Mabes Polri,” katanya.
Dari informasi yang dihimpun, Densus 88 menangkap seorang terduga teroris berinisial A di Kabupaten Demak. Petugas juga menggeledah rumah terduga teroris di Kebonbatur, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak itu. Sementara itu, di Kabupaten Kudus, Densus 88 mengamankan seorang terduga teroris berinisial B di rumahnya, Desa Grobig, Kecamatan Gebog.
Pengemudi Ojol Diamankan
Di Kudus, Densus 88 Anti Teror mengamankan seorang pria bernama Bahrul Irfan (36) yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online pada Senin, dinihari kemarin. Penangkapan ini menjadi perhatian warga, terutama di Desa Gribig, Kecamatan Gebog, tempat Bahrul tinggal. Sekitar pukul 09.00, setelah penangkapan, tim Densus 88 melakukan penggeledahan di rumah Bahrul di RT 5 RW 1 Desa Gribig.
Sekretaris Desa Gribig, Muhammad Kamal mengaku terkejut dengan penangkapan tersebut. Mengingat Bahrul adalah pendatang yang baru dua tahun menetap di desa itu.
“Kami dan pemerintah desa kaget karena ia bukan warga asli Gribig dan kesehariannya bekerja sebagai tukang ojek online,” ungkap Kamal.
Warga sekitar menggambarkan Bahrul sebagai sosok yang jarang bersosialisasi. Menurut Slamet (72), tetangga dekatnya, Bahrul terlihat seperti warga biasa, meskipun jarang berada di rumah.
“Dia paling sering mampir ke warung saya saat malam,” kata Slamet. Namun, Slamet dan istrinya merasa terkejut dan bertanya-tanya mengenai alasan penangkapan Bahrul.
Istri Slamet menambahkan bahwa dalam pengalaman beragama, keluarga Bahrul terlihat berbeda dibandingkan tetangga lain. “Dia jarang terlihat beribadah, pernah diajak pengajian malah bilang musyrik, padahal rumahnya dekat dengan musala,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Barongan, Bambang Husni Juniatmoko, menyatakan tidak mengetahui rekam jejak Bahrul di desanya sebelumnya. Penangkapan ini menimbulkan ketegangan di masyarakat, tetapi aktivitas warga setempat tampak berjalan normal pasca-penggeledahan.
Hingga berita ini diturunkan, Densus 88 masih menyelidiki lebih lanjut mengenai jaringan terorisme yang mungkin terlibat dalam kasus ini. Warga berharap situasi kembali kondusif dan meminta semua pihak untuk tetap waspada. (ara/adm/adf)