Petani Pemalang Go Internasional, Ekspor Ubi Jalar ke Negeri Sakura dan Ginseng

MANTAP BERTANI: Pendiri Boled Nusantara, Ta'lim berada di ladang ubi yang akan dipanen untuk ekspor, belum lama ini. (DOK. PRIBADI/JOGLO JATENG)

MELIRIK pasar Jepang dan Korea, petani di Kabupaten Pemalang berhasil go internasional dengan mengekspor ubi jalar atau ubi madu ke dua negara tersebut. Jika dihitung per trisemester, para petani di Kecamatan Pulosari ini dapat mengirim 660 ton ubi yang didistribusikan ke ibu kota dan langsung di ekspor ke Negeri Sakura dan Gingseng. Ternyata, di sana banyak penggemar ubi hasil produksi lokal Pemalang.

Ta’lim, Pendiri Boled Nusantara yang memberdayakan para petani sekitar di kampung halamannya Pulosari menuturkan, potensi ekspor bahan pangan produksi lokal saat ini sangat besar. Beberapa waktu ini, permintaan di Negara Jepang dan Korea untuk keperluan olahan pangan lainnya sangat tinggi.

Baca juga:  Peringatan Hari Pahlawan, Forkopimda Pemalang Ajak Masyarakat Teladani Perjuangan Para Pahlawan

Hal ini perlu dimanfaatkan oleh petani lokal agar mampu menembus pasar internasional. Salah satunya pada komoditas ubi jalar, terutama ubi madu yang sangat digemari oleh masyarakat mancanegara.

Ta’lim menuturkan, setiap akhir bulan setidaknya ada 660 ton atau dihitung per hari 22 ton hasil panen petani ubi siap diekspor ke Jepang dan Korea. Kebanyakan petani mengadopsi tanam tumpang sari sehingga hasil panennya lebih baik dan melimpah.

“Sebenarnya ubi bukan tanaman utama yang ditanam petani lokal sebagai pendamping tanaman lainnya seperti cabai, kubis ataupun sawi. Tetapi pasarnya berbeda, sehari paling tidak kita mengirim 22 ton ke Jepang dan Korea untuk komoditi ubi,” terang Ta’lim.

Baca juga:  Forum Kiai Kampung Kompak Dukung An-Nur
SIAP DIEKSPOR: Hasil panen ubi dari sawah milik Ta’lim di Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang. (DOK. PRIBADI/JOGLO JATENG)

Ia menjelaskan, kualitas hasil panen petani lokal terutama Pemalang dan Purbalingga saat ini telah memenuhi standar ekspor. Hal tersebut harus dipertahankan untuk meningkatkan derajat petani, terutama agar para anak muda mau menekuni pekerjaan di bidang pertanian karena menguntungkan.

Hal tersebut dibenarkan oleh Itmam, koordinator kelompok tani (poktan) di Kecamatan Pulosari. Ia menjelaskan bahwa nilai jual ubi untuk pasar ekspor lebih tinggi dibandingkan dengan pasar lokal.

“Dari awalnya puluhan sekarang sudah ada ribuan petani di Pulosari yang bergabung untuk ekspor ubi. Semoga ini jadi kabar gembira dan bermanfaat untuk hasil pangan lokal,” terangnya. (fan/adf)