SEMARANG, Joglo Jateng – Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, Fendiawan Tiskiantoro menyatakan bahwa konsumsi ikan di Jawa Tengah masih kalah dengan Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat. Menurutnya hal ini disebabkan dari kultur masyarakatnya.
“Mungkin culture atau habit ya, di sini banyak makan ayam, daging, tahu. Jujur saja, bicara konsumsi ikan, kita masih di bawah Jawa Timur dan Jawa Barat. Tugas kami dan lainnya bagaimana bisa sosialisasikan itu,” ujar Fendiawan, belum lama ini.
Dalam rangka memenuhi konsumsi ikan di Jawa Tengah, pihaknya mengapresiasi hadirnya program makan siang gratis oleh Presiden RI Prabowo Subianto yang menyasar siswa sekolah. Untuk mendukung program itu, Fendiawan mengungkap, pada awal Desember 2024 akan ada uji coba makan gratis yang menyertakan lauk ikan di beberapa daerah di Jateng. Ia menyebut akan ada 500 paket yang bakal diberikan kepada anak-anak sekolah dasar disejumlah kabupaten/kota di Jateng.
“Ada 500 paket menu makan gratis, untuk lokasi kabupaten/kota sudah kita siapkan. Kita beri makan ikan gratis, uji coba. Sasarannya anak-anak SD, ada 500 paket. Kita kerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan,” tuturnya.
Adapun pembagian paket makan siang gratis itu akan menggunakan dana APBN dengan anggaran sebesar Rp15 juta. Ia menilai, hadirnya program makan siang gratis mampu membantu nelayan di Jawa Tengah.
“Program makan siang gratis ini bagus banget ya, selain menyerap hasil nelayan juga membiasakan anak SD makan ikan,” sambung dia.
Lebih lanjut, Fendiawan mengungkap produksi ikan tawar dan laut di Jawa Tengah pada 2023 tembus 940 ribu ton. Jumlah itu ia perkirakan akan sama pada tahun 2024.
Dari 940 ribu ton, kata dia, yang terserap di pasar lokal Jawa Tengah menyentuh 20 hingga 30 persen. Sisanya dikirim ke provinsi lain hingga luar negeri.
“Kalau untuk pasar lokal 20-30 persen karena memang banyak juga yang kita kirim ke Jogja, ada yang ke Jakarta, Surabaya, Lampung,” tuturnya.
Konsumsi ikan tertinggi se-Jawa Tengah, tutur Fendiawan, dipegang oleh warga Pantura, dengan konsumsi rata-rata di atas 40 kilogram. Adapun daerah itu ialah Rembang dan Pati.
Sementara konsumsi ikan terendah adalah Jawa Tengah bagian selatan. Sehingga pihaknya ingin membuat tempat penyimpanan ikan untuk mempermudah masyarakat Jawa Tengah bagian selatan agar bisa mengonsumsi ikan.
“Kita mencoba ingin buat cold storage di kab/kota sehingga ikan di Pantura dan Pansela bisa disimpan. Di 35 kabupaten/kota, konsumsi ikan di atas 40 kg ada di Pantura, Rembang, Pati. Tetapi di tengah hanya 20-25, kalau di rata rata hanya dapat 38. Tugas kita untuk sosialisasikan gemar makan ikan. Mulai dari anak SD, ibu hamil, itu sebagai solusi untuk mengatasi stunting di Jateng,” tandasnya. (luk/adf)