DALAM rangka memperingati Milad Muhammadiyah yang ke-112, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Jepara, Fahrurrozi, turut berbagi pandangan mendalam tentang perjalanan dan peran Muhammadiyah dalam menghadapi keberagaman yang ada di Kabupaten Jepara. Menurutnya, Muhammadiyah sudah cukup dewasa dalam berinteraksi dengan berbagai kelompok masyarakat.
Hal ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah tidak hanya menjadi organisasi keagamaan. Tetapi juga sebagai jembatan untuk menciptakan harmoni sosial, membangun kerukunan, dan saling menghormati di tengah keberagaman.
“Muhammadiyah sudah dewasa untuk menghadapi keberagaman yang ada di Kabupaten Jepara. Masing-masing kelompok saling menghargai,” ujar Rozi sapaannya pada Joglo Jateng, Minggu (17/11/24).
Rozi bercerita, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah memiliki peran yang signifikan dalam kemajuan daerah. Sejak didirikan, Muhammadiyah fokus pada pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Melalui pendirian sekolah, universitas, dan rumah sakit, organisasi yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan ini tidak hanya meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan dan layanan kesehatan. Tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Selain itu, Muhammadiyah juga aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan, membantu masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah, seperti bencana alam dan kemiskinan. Dengan melibatkan para anggotanya dalam program-program pengembangan masyarakat, Muhammadiyah berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Dengan semangat dakwah dan pengabdian, Muhammadiyah terus berupaya untuk memberdayakan masyarakat. Tujuannya untuk menjadikan daerah lebih maju dan sejahtera.
“Melalui berbagai inisiatif dan program, Muhammadiyah membuktikan bahwa peran serta organisasi ini sangat penting dalam mewujudkan perubahan positif di masyarakat,” jelasnya.
Namun, di balik keberlangsungan peran tersebut, tantangan tetap ada. Rozi menyoroti adanya gerakan Islam dari luar yang sering kali membawa misi yang berbeda dan membawa dampak kurang menyenangkan di internal Muhammadiyah.
“Gerakan Islam yang dari luar kita terganggu, karena mereka punya misi lain, punya pemahaman yang kurang sejalan dengan misi Islam yang sesungguhnya,” jelasnya.
Menghadapi perbedaan tersebut, Rozi menekankan perlunya kaderisasi dan penguatan ideologi Muhammadiyah di internal organisasi. Dengan upaya ini, diharapkan pemimpin Muhammadiyah dapat menjaga konsistensi serta integritas dalam menjalankan misi organisasi.
“Kita banyak melakukan kaderisasi pemahaman ideologi Muhammadiyah atau penguatan ideologi di internal. Jangan sampai pemimpin kita menyimpang dengan kaidah,” ungkapnya.
Kemudian, lanjutnya, pentingnya penguatan internal dengan memberikan paham ideologi yang sejalan dengan koridor pemahaman yang tidak meninggalkan Al-Qur’an dan Hadis. Dengan semangat Milad ke-112, Rozi berharap bahwa keberadaan Muhammadiyah di Jepara dapat membawa kemajuan dalam berbagai aspek. Baik melalui pendidikan maupun pelayanan yang berkualitas.
Muhammadiyah juga berkomitmen untuk mendukung pembangunan infrastruktur di Kabupaten Jepara. Langkah-langkah ini diharapkan dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan.
“Kami berharap Jepara bisa maju, religius, dan berdaya saing kuat dalam masalah ekonomi, pendidikan, maupun kesehatan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rozi menekankan agar Muhammadiyah dapat terus berperan aktif dalam membangun masyarakat yang harmonis, berdaya saing, dan berlandaskan nilai-nilai keagamaan yang kuat. Dengan demikian, peringatan Milad Muhammadiyah yang ke-112 bukan hanya sekadar perayaan. Tetapi juga sebagai momentum untuk merenungkan langkah-langkah ke depan dalam menghadapi tantangan dan memajukan masyarakat.
“Meski perayaan Milad Muhammadiyah di Jepara tidak seramai seperti biasanya. Tetapi kami tekankan pada doa bersama agar ke depan Muhammadiyah dan Jepara dapat terus eksis dan berdaya saing,” tutupnya. (cr4/adf)