Frugal Living Solusi Pemberlakuan PPN 12%

Ilustrasi pajak. (PIXABAY/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Kabar diberlakukannya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen per 1 Januari 2025 disikapi bermacam-macam oleh masyarakat. Bahkan ada seruan untuk melakukan frugal living di kalangan warga untuk menyiasati kenaikan PPN ini.

Frugal living merupakan gaya hidup yang dijalankan dengan mengelola keuangan secara bijak dan hemat. Istilah ini secara harfiah berarti “hidup dengan ekonomis atau irit” yang dilakukan dengan kesadaran penuh. Menurut Pakar Ekonomi sekaligus Akademisi Universitas Diponegoro (Undip), Prof Dr Nugroho SBM Msi menyebut, penerapan frugal living atau hidup hemat tergantung pada teladan orang tua. Hal ini yang menjadi salah satu cara yang dilakukan oleh anak muda usai adanya pemberlakuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen per 1 Januari 2025.

Baca juga:  Bank Jateng Sosialisasikan Produk Pra Pensiun Kepada Anggota Kodim 0705 Magelang

“Penerapan frugal living pada anak muda salah satunya tergantung pada teladan orang tua. Keteladanan orang tua sangat dibutuhkan dalam hal ini,” tandasnya saat dihubungi Joglo Jateng, belum lama ini (19/11).

Menurutnya, seruan anak muda untuk frugal living bisa mengurangi konsumsi, yang mana akan mengurangi basis pajak. Dengan demikian juga mengurangi pendapatan pajak pemerintah. “Hal ini bagi perusahaan juga bisa merembet pada berkurangnya produksi dan penjualan sehingga penerimaan pajak lain seperti PPh juga akan berkurang,” jelasnya.

Meski begitu, ia tidak menampik bahwa tidak semua anak muda masih kerap kali ditemukan memiliki  rasa Fear of Missing Out (FOMO) atau perasaan takut tertinggal atau kehilangan momen, informasi, atau pengalaman.  Sehingga, mereka tidak peduli dengan ajakan untuk menerapkan frugal living.

“ emang butuh waktu panjang untuk pendidikan mental generasi muda agar tidak memuja budaya hedonistik dengan selalu  mengikuti mode dan memakai barang-barang branding,” ungkapnya.

Baca juga:  Bank Jateng Gelar Lelang Bersama, Langkah Konkrit untuk Atasi Kredit Macet dan Pelunasan Hutang

Mestinya, kata Nugroho, mereka harus dididik atau diberi pengertian bahwa nilai manusia bukan pada apa yang dipakai atau digunakan. Melainkan pada hal-hal yang lebih mulia dan mendasar. “Misalnya pada pendidikan, prestasi, kepedulian sosial dan lain-lain,”imbuhnya.

Sementara itu, salah satu pegawai swasta asal Semarang, Iqbal Alma mengaku jika memang PPN 12 persen itu mulai diberlakukan pada 1 Januari mendatang, maka, mau tidak mau dirinya harus mengikuti ajakan frugal living yang ramai di media sosial.

“Yang lebih suramnya lagi anak muda sekarang kesulitan mencari kerja sedangkan negara tidak bertanggung jawab akan hal itu,” katanya Iqbal yang sedang menempuh S2 di salah satu kampus di Jawa Tengah ini.

Baca juga:  Bupati Sri Sumarni Apresiasi Kolaborasi Bank Jateng dengan Pemkab Grobogan

Dia mengeluhkan beban anak muda semakin bertumpuk-tumpuk. Mulai dari cari kerja susah, gaji belum pasti, belum lagi masih dibebani biaya-biaya yang diwajibkan negara. “Saya melihat anak muda semakin stres hidupnya terutama memikirkan gaya hidup. Tapi balik lagi akhirnya kalau kita tidak punya pilihan untuk kerja lebih keras pilihannya ya mengurangi konsumsi. Bahkan mencari barang murah, dan jangan salah kalau akhirnya beli barang ilegal,” pungkasnya. (int/ree)