MENJALANI kewajiban untuk mengabdi di dunia pendidikan membuat Puji Rahayu harus berjauhan dengan keluarga. Sejak ditetapkan menjadi Kepala SMAN 2 Bae pada 2022 lalu, dirinya yang merupakan warga asli Jepara harus memilih untuk tinggal di kos-kosan agar lebih dekat dengan sekolah.
“Saya pertama kali mendapatkan SK di Kudus nangis, karena saya tidak pernah pisah dengan keluarga. Satu pekan pertama saya jalani pulang pergi dari Mlonggo, Jepara ke Kudus. Karena saya rasa kurang efektif dan maksimal akhirnya saya kos,” ungkapnya, belum lama ini.
Ibu tiga anak itu membuktikan dedikasinya. Selama 32 tahun mengabdi sejak 1992 hingga sekarang, Puji menorehkan beragam prestasi. Belum lama ini, ia berhasil menjadi Terbaik 2 GTK Dedikatif Kepala SMA Jambore GTK Hebat Jawa Tengah 2024. Tak hanya itu, dalam rangka memeringati Hari Guru BTIK 2023 lalu juga meraih Best Praktice Inovasi Sekolah.
Perjuangan Puji jauh dari keluarga tentu membuahkan banyak hasil. Tak hanya prestasi bagi dirinya sendiri, ia juga memberikan dedikasi penuhnya kepada sekolah. Berkat inovasi Pendampingan Kelompok Belajar (Pekojar), SMAN 2 Bae meraih juara 1 Video Best Practice Inovasi Sekolah dan juara 1 Lomba Sekolah Sehat tingkat Cabang Dinas Pendidikan Wilayah 3 2022 dan 2023. Serta mendapatkan penghargaan atas dedikasi layanan Kelas Khusus Olahraga (KKO).
“Pekojar ini merupakan pendampingan pembelajaran kepada seluruh warga sekolah. Baik guru, tenaga pendidik maupun siswa. Pertama saya ditugaskan di SMAN 2 Bae, saya melakukan analisis kelemahan dan kelebihan sekolah ini,” bebernya.
Pada saat itu, lanjutnya, KKO memang sudah terbentuk. Akan tetapi pelaksanaannya kurang maksimal, karena tidak ada pemfokusan di setiap cabornya. Sehingga dirinya berinisiatif untuk membuat kurikulum khusus untuk siswa KKO agar lebih maksimal dalam masing-masing bidang.
“Anak-anak KKO mendapat jam olahraga lebih dari kelas lainnya. Yaitu 3 hari pagi dan 2 hari siang setelah istirahat. Kami juga membuat MoU dengan club-club untuk memaksimalkan latihan. Sehingga banyak deretan prestasi yang diraih karena ada penanganan khusus,” katanya.
Sebelum ditempatkan di SMAN 2 Bae, pada 1992 Puji merupakan guru sejarah di Yayasan Sultan Agung dan mendapatkan SK 1997 saat mengajar di SMA 1 Mayong. Kemudian dipindahkan di SMA 1 Jepara pada 2002.
Setelah 20 tahun di SMA 1 Jepara, membuatnya belajar banyak hal. Di sela-sela mengajar, ia meluangkan waktu menulis dan mengikuti berbagai lomba karya ilmiah, bahkan menelurkan satu buku tentang Jepara. Dirinya juga berbagi ilmu menulis kepada siswa-siswinya.
“Dulu saya guru sejarah. Jadi saya ingin sejarah ini disampaikan tidak hanya lewat materi saja tetapi dengan mengenali wilayah. Agar rasa cinta kepada sejarah itu tumbuh setelah mengenal potensi dan cerita apa saja yang ada di daerah mereka,” sambungnya.
Lulusan S1 IKIP Semarang dan S2 UNNES itu memang menyukai tantangan. Ia menilai tantangan mengajar dari tahun ke tahun selalu berbeda. “Dahulu kita hanya dihadapkan murid yang suka ngantuk, telat dan sebagainya. Tetapi tantangan masa kini guru dihadapkan dengan masifnya perkembangan digital. Sehingga pola yang kita ambil adalah perhatian nyata,” ujarnya.
Sebagai satu-satunya kepala SMA di Kudus yang membawahi dua sekolah sekaligus, ia ingin menciptakan pendidikan yang nyaman dan berkualitas. Baik Bapak/Ibu Guru maupun peserta didik. Dirinya berpesan, di momen hari guru ini para guru hendaknya fokus terhadap apa yang diberikan kepada peserta didiknya tanpa memikirkan balasan yang didapat. Sementara sebagai sang ibu, Puji berusaha memaksimalkan prioritas. Dengan selalu menganalisis dua hal yang menjadi pertimbangan.(cr1/sam)