KETERAMPILAN coding kini sangat penting dan tak bisa diabaikan. Tak terkecuali bagi anak yang masih sekolah. Mengingat, perkembangan teknologi saat ini makin pesat.
Hal ini yang melatarbelakangi Vira Oktaviana (25), aktif sebagai pengajar coding di salah satu lembaga pendidikan. Perempuan berparas cantik ini berperan aktif memberikan edukasi coding kepada anak-anak sekolah.
Vira mengajar coding secara online dan menerapkan nilai-nilai Islami dalam pembuatan animasi dan game. Ia menggunakan Scratch untuk melatih murid memahami coding mulai dari dasar secara sederhana dan mudah dimengerti.
“Saya mengajar coding secara online untuk anak-anak menggunakan Scratch dengan menerapkan nilai-nilai Islam termasuk dalam pembuatan game dan animasi,” kata dia, belum lama ini.
Perempuan lulusan S-1 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer (PTIK) Universitas Negeri Semarang (Unnes) itu mengaku memang termotivasi untuk memperdalam ilmu coding di dunia pembelajaran. Ia terinspirasi dari kurikulum dari United Kingdom (UK).
“Motivasi saya memilih pekerjaan tersebut sebagai wadah saya belajar coding Scratch (bahasa pemrograman, Red.) dengan kurikulum yang diadopsi dari UK, untuk diajarkan ke anak-anak didik saya di sekolah daerah. Melalui Edufic, saya juga ingin mendapat koneksi guru-guru informatika dari berbagai kampus di Indonesia maupun luar negeri,” ucap perempuan kelahiran Kudus itu.
Gadis yang kini melanjutkan studi program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ini mengungkapkan bahwa ada sejumlah tantangan menjalani profesi pengajar coding. Salah satunya masalah teknis pengoperasian laptop dan Zoom yang masih mendominasi memperlambat pengajaran. Belum lagi kode-kode dalam bahasa Inggris yang menjadi makanan sehari-hari membuatnya ekstra keras membimbing anak didik.
“Beberapa siswa masih kesulitan mengoperasikan laptop maupun Zoom sehingga menghabiskan waktu. Kemudian, tidak semua siswa memahami kode-kode dalam bahasa Inggris karena siswa berasal dari latar belakang daerah maupun negara yang berbeda,” terangnya.
Meskipun demikian, Vira tanpa lelah mengajari anak-anak untuk melek dunia digital karena menurutnya sangat berguna untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Sehingga ia membimbing anak dalam membuat project step by step.
Ia mengajarkan coding selama 30 menit pertama dengan materi, lalu 30 menit berikutnya praktik. Siswa diberikan kesempatan untuk menampilkan hasil pekerjaannya dan akan me-review bersama. Materi yang diajarkan berupa logika pemrograman serta fitur-fitur Scratch.
“Coding untuk anak-anak akan diajarkan dengan cara yang sederhana dan mudah dimengerti. Apalagi coding dapat mengasah logika, kreativitas dan berpikir kritis. Lalu menjelaskan dengan mengaitkan coding dengan hal-hal yang relate dengan kehidupan anak-anak,” ungkapnya. (lut/adf)