SEMARANG, Joglo Jateng – Pakar Politik Universitas Diponegoro (Undip), Wahid Abdurrahman menilai mesin politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Kota Semarang masih solid. Tak hanya itu, para kader-nya juga militan dalam menyukseskan kemenangan Agustina-Iswar di Pilwalkot Semarang.
“Ini jadi satu pembuktian bahwa mesin politik PDIP di Semarang masih solid kemudian kadernya juga militan. Sehingga meskipun single fighter PDIP masih bisa memenangkan pasangan yang diusung,” ucapnya saat dihubungi Joglo Jateng, Kamis (28/11/24).
Selain itu, dirinya juga menyoroti bahwa masyarakat Kota Semarang masih relatif rasional terhadap dengan isu- isu politik yang sempat dikhawatirkan oleh publik. Seperti, masalah agama dan gender.
“Kalau melihat dari aspek dinamika sosial yang terjadi di Kota Semarang nampaknya bisa dikatakan relatif damai dan tidak banyak gejolak akibat potensi-potensi isu agama dan sara sempat muncul. Artinya masyarakat Kota Semarang dalam konteks ini sangat dewasa,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menerangkan, dua aspek tersebut berkaitan dengan peran pentingnya dari Ketua DPC PDIP Kota Semarang sekaligus Calon Wakil Gubernur Jawa Tengah nomor urut 01 Hendrar Prihadi. Hal ini lantaran, beliau dikenal oleh masyarakat sebagai sosok pemimpin yang dinilai sukses saat menjabat Wali Kota Semarang sebelumnya.
Apabila Agustina Wilujeng Pramestuti telah ditetapkan sebagai Calon Wali Kota Semarang terpilih, kata Wahid, maka beliau lah menjadi salah satu dari dua sosok pemimpin Kota Semarang setelah Hevearita G Rahayu yang berasal dari PDI Perjuangan.
“Menurut survei, isu perempuan dan pemimpin di Kota Semarang tidak menjadi isu dominan. Jadi masyarakat itu menerima perempuan sebagai Wali Kota di Kota Semarang ada tapi hanya sedikit yang mempersoalkan itu. Tapi sebagian besar itu gak lagi masalah,” katanya.
Ia menyampaikan, jika dilihat dari tiga tahun terakhir, Mbak Ita mampu memberikan capaian prestasi soal pembangunan di Kota Semarang. Salah satu yang paling nyata yaitu Kota Lama dan urban farming yang di-handle langsung. Sehingga hal itu tidak menjadi masalah ketika perempuan menjadi pemimpin dalam sebuah kepemerintahan.
Di sisi lain, ia tidak memungkiri bahwasanya Agustina juga turut mendapatkan tuduhan black campaign dari orang-orang sekitar selama Pilkada berlangsung. Meski begitu, hal ini tidak berpengaruh besar, sehingga tidak menganggu elektabilitas sampai hari pencoblosan.
Permasalahan black campaign seperti ini, lanjut Wahid, memiliki dampak yang berbeda ketika Calon Wali Kota Semarang nomor urut 02 Yoyok Sukawi mendapatkan isu soal keterlibatan masalah dengan suporter PSIS.
“Semalem itu ada pawai (dari para suporter PSIS) entah itu selebrasi sebuah kritikan atau rasa syukur intinya isu itu kena. Tetapi ternyata isu yang berkaitan yang dikhawatirkan akan berdampak ke Bu Agustin ternyata tidak begitu besar,” pungkasnya. (int/gih)