SEMARANG, Joglo Jateng – Ratusan massa yang terdiri dari siswa, alumni, wali murid, guru SMKN 4 Semarang, dan sejumlah siswa SMKN se Kota Semarang melakukan aksi solidaritas bersama untuk mengenang korban penembakan polisi GRO (17) di depan SMKN 4 Semarang, belum lama ini. Kegiatan ini dilakukan dengan menyalakan lilin, doa bersama dan nyanyian lagu-lagu perpisahan.
Salah satu alumni SMKN 4 Semarang, Rian Tama mengaku sangat menyayangkan atas kejadian yang dialami oleh GRO. Dirinya berharap, keadilan untuk mengusut tuntas kasus penembakan ini segera ditemukan titik terangnya.
“Kami masih berharap pihak kepolisian berani mengusut ini secara tuntas karena saya bayangan kondisi keluarga dan teman-teman sekelas yang tahu beliau seperti apa. Kami sangat menyayangkan polisi seperti apa, dan yang terjadi itu seperti bak bola salju, selalu ada bumbu-bumbu yang masalahnya dibesar-besarkan,” ucapnya saat ditemui Joglo Jateng.
Sementara itu, salah satu siswa SMKN 4 Semarang sekaligus kawan dekat GRO, Belva (17) mengukapkan bahwa semasa hidupnya, GRO memiliki kepribadian yang baik, berprestasi dan aktif berorganisasi di ekstrakurikuler Paskibraka. Selain itu, GRO juga dikenal sebagai orang yang ceria, dan bersosialisasi terhadap kawannya dengan baik.
“Suka beliin makan, tidak neko-neko. Tidak percaya (GRO ikut tawuran) karena orangnya berprestasi dan ikut paskibraka,” jelasnya.
Atas kejadian yang dialami oleh GRO, dirinya berharap aparat kepolisian segera mengukapkan kasus secepatnya mungkin. Menurutnya, pihak kepolisian juga harus transparan kepada publik.
Terpisah, Pengabdian Bagian Hukum LBH Semarang, Fajar Muhammad Andhika menyampaikan kegiatan ini sebagai penanda bahwa semua lapisan masyarakat, terutama pelajar menyayangkan tindakan sewenang-menangan yang dilakukan oleh aparat kepolisian. Oleh karena itu, berkumpulnya mereka di sini adalah untuk menuntut keadilan agar Alm GRO dan keluarga juga mendapatkan perlindungan sepantasnya.
“Karena yang kami dapatkan sejauh ini, sementara ini, keluarga korban itu belum mendapatkan hak-haknya secara hukum, sehingga masih memerlukan perlindungan-perlindungan (dari pihak terkait),” ungkapnya.
Menurutnya, untuk mengusut tuntas kasus ini, tidak bisa hanya dilakukan oleh beberapa orang saja. Namun juga harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat agar kejadian dari tindakan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh aparat kepolisian tidak terulang kembali.
“Aparat kepolisian harus sadar, bahwa apa yang telah dilakukan oleh mereka itu merupakan tindakan yang melanggar Hak Asasi Manusia,” katanya.
Dalam mengusut kasus ini, kata Dhika, pihaknya bersama tim advokasi sedang membentuk tim untuk membuka fakta-fakta yang sebenernya terjadi. Sebab, masyarakat saat ini terdistraksi dengan informasi yang berkebalikan dengan fakta.
“Walau tim advokasi ini muncul, kami rasa kita harus bersama-sama, semua harus terlibat, pelajar, mahasiswa, kawan-kawan lain untuk segera mengusut tuntas kasus penembakan yang menimpa GRO,”tegasnya. (int/gih)