Kasus DBD di Pemalang Meningkat, Curah Hujan Jadi Alasan

SEMPROT: Petugas Fogging Dinkes Pemalang saat melakukan penyemprotan di area Rumah Susun Pelutan Pemalang, beberapa waktu lalu. (UFAN FAUDHIL/JOGLO JATENG)

PEMALANG, Joglo Jateng – Walaupun tidak ada catatan kasus meninggal dunia sepanjang tahun ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemalang mendata ada peningkatan kasus di 2024 sebanyak 21 kasus Demam Berdarah (DBD) jika dibandingkan pada 2023. Di mana curah hujan tinggi jadi alasan utama adanya peningkatan kasus, karena banyaknya genangan air di lingkungan rumah membuat nyamuk Aedes Aegypti cepat berkembang biak.

Kepala Dinkes Pemalang, Yulies Nuraya melalui Kepala Bidang P2PM Aris Gunarto mengungkapkan, tingginya curah hujan yang sudah ada sejak Juli hingga awal Desember 2024 menjadi alasan utama kasus DBD di Kabupaten Pemalang meningkat. Walaupun begitu, masyarakat bergerak cepat untuk langsung membawa pasien ke rumah sakit ataupun puskesmas, sehingga penanganannya cepat diberikan.

Baca juga:  Tiket Pantai Widuri tak Naik saat Libur Nataru

Alhamdulillah ketika merasakan sakit ataupun gejala DBD, masyarakat langsung bergerak untuk memeriksakan diri ke rumah sakit, puskesmas, atau klinik dengan adanya program UHC. Tapi tetap saja, catatan kasus (DBD, red) meningkat,” terangnya, Senin (2/12/24).

Terkait data, Kepala Saksi P2PM Dinkes Pemalang, Surip mencatat total ada 71 kasus DBD di sepanjang Januari hingga awal Desember 2024 ini. Atau jika dipersentase terdapat kenaikan sekitar kurang lebih 29,5 persen di 2024 jika dibandingkan di 2023 yang angkanya berada di 50 kasus dengan satu catatan kasus meninggal dunia karena DBD.

Baca juga:  Pemkab Pemalang Sepakat Tangani Sampah Bersama Desa

Menilik hal tersebut, pihaknya mengimbau masyarakat agar secara rutin memeriksa lingkungan rumahnya dari genangan air di sepanjang musim hujan. Karena potensi kenaikan kasus di 2024 ini masih ada, merujuk pada prediksi BMKG di awal Desember hingga akhir akan terjadi penambahan intensitas hujan di semua wilayah di Jawa Tengah.

“Kalau bisa rutin cek lingkungan, terutama wilayah yang lembap dan jarang di jamah, pasti ada genangan air di sana. Ini jadi langkah untuk membunuh larva nyamuk, walaupun kita bisa melakukan fogging, tetapi itu hanya bersifat sementara. Kasus dapat ditekan jika masyarakat mau sadar bersama,” ucapnya. (fan/abd)