KUDUS, Joglo Jateng – Pembelajaran memuat literasi numerasi akan menjadi menyenangkan jika dikemas melalui permainan edukatif. Hal ini yang dilakukan SD 5 Karangbener dalam rangkaian Festival Literasi Numerasi, kemarin. Para siswa nampak riang dan serius memainkan permainan edukatif mulai dari congklak, ular tangga dan lainnya.
Kepala SD 5 Karangbener, Suwandi menjelaskan, permainan edukatif ini membantu menguasai literasi numerasi dengan cara menyenangkan. Contohnya permainan congklak yang menerapkan numerasi dan permainan ular tangga yang mengkolaborasikan literasi numerasi.
Hal ini, kata dia, sebagai bagian dalam penerapan dalam program Berbudaya Aktif Literasi Numerasi (Beraksi) pendampingan oleh PBG Kudus. Setelah dilakukan pendampingan selama enam bulan, kegiatan Beraksi mencapai pada puncaknya yaitu Festival Literasi Numerasi.
“Dalam festival ini, ada beberapa kegiatan yang digelar. Mulai dari persembahan seni tari, lomba cipta baca puisi, lomba cerdas cermat, permainan edukatif dan mendongeng,” jelasnya kepada Joglo Jateng.
Ia menambahkan, kegiatan ini tidak hanya diikuti seluruh siswa SD 5 Karangbener tetapi juga sekolah di bawah Gugus Ahmad Yani. Seperti SD 2, 3 dan 4 Karangbener serta SD 4 Gondangmanis.
“Harapannya sesuai tagline kami yaitu cakap, hebat dan melesat, diharapkan para guru bisa mencetak siswa menjadi generasi hebat, memiliki skill dan selalu mengikuti perkembangan zaman,” tambahnya.
Fasilitator PBG Kudus SD 5 Karangbener, Surikin menyebutkan, Festival Literasi merupakan kegiatan terakhir dalam pendampingan kepada sekolah terpilih. Pendampingan selama 25 kali tersebut bertujuan berusaha memberikan dan meningkatkan kompetensi guru di dalam pengembangan penerapan literasi numerasi di sekolah.
“Dengan pendampingan itu diharapkan sekolah mampu menerapkan budaya literasi numerasi dengan fokus tujuan utama pada peningkatan prestasi sesuai kemampuan masing-masing siswa,” sebutnya.
Menurutnya, literasi numerasi bukan hanya kegiatan membaca atau berhitung. Ia membagi literasi menjadi literasi bahasa, literasi digital, literasi numerasi, literasi budaya, literasi saind dan kewargaan. Setelah dikasih pembelajaran berdiferensiasi para siswa diberi penekanan kebutuhan masing-masing berdasarkan gaya belajar.
“Ada yang belajarnya menggunakan kinestetik, visual maupun dan audiovisual. Jadi ada penekanan kesiapan belajar melalui asessmen awal sebelum melaksanakan pelajaran yang nanti dilanjutkan asesemen formatik dan sumatik,” sambungnya.
Ia berharap, sekolah yang telah mendapat pendampingan diharapkan tidak berhenti di sini saja. Sehingga masih bisa berlanjut untuk selalu menerapkan pembelajaran berdiferensiasi literasi numerasi. (iza/fat)