SEMARANG, Joglo Jateng – Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) kembali menggelar Festival Bahari Jawa Tengah 2024 di Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Soegijapranata, BSB City. Hal sebagai bentuk upaya untuk mendukung keberlanjutan sistem pangan laut dan pemberdayaan komunitas nelayan kecil.
Festival ini berlangsung selama dua hari, mulai Selasa (10/12) hingga Rabu (11/12). Acara ini menghadirkan berbagai kegiatan seperti talkshow, workshop, bazar pangan laut, pemutaran film dokumenter, hingga lomba menggambar untuk anak-anak
Kegiatan ini juga dihadiri oleh 36 orang perwakilan yang terdiri dari komunitas nelayan dan perempuan di Jawa Tengah, pemuda atau mahasiswa, dan publik.
Sekretaris Jenderal KIARA, Susan Herawati mengungkapkan festival ini mengusung tema ‘Kedaulatan Pangan Laut: Solusi Perubahan Iklim dan Pemberdayaan Komunitas Nelayan dan Masyarakat Pesisir’. Ia menyampaikan bahwa seluruh rangkaian kegiatan difokuskan untuk memperkuat posisi masyarakat pesisir dalam menghadapi tantangan global, sekaligus mempromosikan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya laut.
“Dampak nyata perubahan iklim yang menghantam komunitas nelayan kecil di Jawa Tengah. Penurunan muka tanah, abrasi, dan banjir rob telah menjadi realitas sehari-hari bagi banyak desa pesisir. Nelayan kecil harus melaut lebih jauh untuk mendapatkan tangkapan, dengan biaya operasional yang semakin tinggi. Namun, mereka tetap bertahan dengan cara-cara inovatif, seperti mengolah hasil laut menjadi produk bernilai tambah,” ucapnya saat dikonfirmasi Joglo Jateng, Selasa (10/12/24).
Melalui Festival Bahari ini, pihaknya ingin memperkuat sinergi dengan komunitas pesisir di lima kabupaten di Jawa Tengah. Di antaranya, Semarang, Demak, Kendal, Jepara, dan Batang, yang selama ini didampingi dalam program Fisherfolk Empowerment for Climate Resilience and Sustainability (FOCUS).
Selain itu, Festival Bahari tahun ini adalah keterlibatan lintas sektor. Yakni akademisi dari Soegijapranata Catholic University, organisasi masyarakat sipil seperti Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial, dan jaringan komunitas lokal.
“Kolaborasi ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan antara masyarakat pesisir dan pihak-pihak lain yang memiliki kapasitas untuk memperkuat keberlanjutan sistem pangan laut,” katanya. (int/gih)