PBSI UPGRIS Gelar Seminar Etika Penggunaan AI

JELASKAN: Semitra VIII pada 2024 ini mengangkat tajuk Intelejensia Artifisial dan Etika Pemanfaatannya di Lingkungan Akademik, belum lama ini. (HUMAS/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), menggelar Seminar Nasional Literasi (Semitra) VIII 2024 bertajuk Intelejensia Artifisial dan Etika Pemanfaatannya di Lingkungan Akademik. Seminar ini menghadirkan pembicara Dosen Undip dan Pakar Korpus Digital, Prihantoro, dan Dosen PBSI Upgris, Icuk Prayogi,

Dekan FPBS, Siti Musarokah mengatakan, seminar kali ini adalah penyelenggaraan kedelapan sejak 2016, yang menjadi salah satu wujud konsistensi merawat suasana akademik di lingkungan universitas.

“Kami menyambut baik kegiatan seminar nasional tahunan yang diselenggarakan prodi PBSI ini. Dari tahun ke tahun, seminar ini selalu memberikan tawaran-tawaran baik dalam merespon perkembangan zaman, termasuk pada masa ini menyambut kehadiran Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dan pemanfaatannya dalam proses pembelajaran,” ungkapnya, Rabu (11/12/24).

Baca juga:  Opsen Pajak Mulai Berlaku 5 Januari 2025, Pemprov Jateng Berikan Keringanan

Bagi Musarokah, adaptasi dan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) di lingkungan akademik merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Namun demikian, etika akademik tetap harus menjadi pertimbangan utama dalam penerapannya.

Di sisi lain, Dosen Undip dan Pakar Korpus Digital, Prihantoro mengatakan, pemerintah juga telah merespons perkembangan ini dengan menerbitkan buku pedoman berjudul Penggunaan Generative AI pada Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Buku ini disusun Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

“AI bukanlah kemampuan pengetahuan, akan tetapi kemampuan bahasa. Menggunakan AI agar lebih baik, boleh skeptis dengan jawaban ChatGPT, dan harus kroscek dengan sumber lain. Harus melakukan verifikasi. Misalnya dengan cara meminta mencantumkan referensi,” jelasnya.

Baca juga:  TPID Jateng Diminta Kerja Lebih Keras Kendalikan Inflasi

Menurutnya, penggunaan AI memiliki sejumlah keunggulan, antara lain kecepatan, cakupan luas (coverage), interoperabilitas, kustomisasi, dan aksesibilitas. Kustomisasi memungkinkan AI untuk menjalankan berbagai perintah sesuai kebutuhan pengguna.

Sementara itu, Dosen PBSI Upgris, Icuk Prayogi menyampaikan, pemanfaatan AI tidak seharusnya dilarang, tetapi penggunaannya harus disertai pemahaman mendalam tentang etika yang menyertainya. Sebab potensi bahaya artifisial generatif (IAG) dalam dunia pendidikan mencakup risiko menjadikan peserta didik semakin malas belajar, kurang kreatif, hingga mempersempit peluang kerja dan meningkatkan angka pengangguran

“IAG juga memiliki manfaat yang signifikan, seperti membantu dalam penyusunan perangkat pembelajaran, memfasilitasi pembelajaran bahasa asing, mengecek kesalahan berbahasa, mengoreksi jawaban esai peserta didik, hingga membantu mencari ide tulisan. Etika pemanfaatan intelejensia artifisial generatif (IAG) perlu menjadi perhatian utama,” bebernya.

Baca juga:  Meriahkan Tahun Baru 2025, Hotel Ciputra Semarang Gelar Pesta Kembang Api Terdasyat dan Velvet Mask Gala

Sedangkan, Ketua Prodi PBSI UPGRIS Eva Ardiana Indrariani berharap, semitra ini akan terus berlanjut terselenggara setiap tahun. Pada masa-masa berikutnya selalu berupaya menawarkan inovasi penyelenggaraan, termasuk menyesuaikan dengan kondisi para peserta dan pemakalah seminar.

“Agar setidaknya pada masa-masa mendatang terus bertambah peminat untuk turut serta mengikuti seminar kami ini. Kali ini didapati 206 peserta dan 21 pemakalah yang terdiri dari mahasiswa, dosen, guru, dan alumni,” tuturnya.(luk/sam)