Kudus  

Pengenalan Wayang Gunungan Bentuk Karakter dan Moral

LESTARIKAN: Para siswa kelas II SDIT Faidurrahman Kudus tengah fokus mewarnai gambar wayang gunungan dalam mata pelajaran seni budaya, belum lama ini. (DOK. PRIBADI/JOGLO JATENG)

KUDUS, Joglo Jateng – SDIT Faidurrahman mengenalkan kepada siswanya pembelajaran berbasis budaya berupa pengenalan wayang gunungan. Hal ini dilakukan untuk membekali anak didik dengan pengetahuan dan berperan penting membentuk karakter dan moral mereka. Para siswa diajak membuat wayang dari kertas dan mewarnainya sesuai keterampilan masing-masing.

Wali Kelas II, Siti Saidah membeberkan, pemanfaatan wayang sebagai media pembelajaran tidak hanya membantu dalam proses belajar-mengajar. Tetapi juga berperan dalam memperkenalkan dan melestarikan budaya lokal kepada generasi muda dalam era globalisasi yang semakin mengikis nilai-nilai budaya lokal,

Baca juga:  Desa Megawon Dirikan Gedung Baru Posyandu untuk Tingkatkan Motivasi Kader

“Penggunaan wayang dapat menjadi jembatan untuk menghubungkan siswa dengan identitas budaya mereka. Wayang bukan sekadar alat bantu pendidikan, tetapi juga warisan budaya yang sarat nilai-nilai sosial, spiritual, dan moral,” bebernya kepada Joglo Jateng.

KARYA: Salah satu siswa kelas II SDIT Faidurrahman Kudus menunjukkan gunungan wayang yang dia warnai, beberapa waktu lalu. (DOK. PRIBADI/JOGLO JATENG)

Dengan menghadirkan wayang di ruang kelas, siswa tidak hanya belajar tentang materi pelajaran, tetapi juga mendapat pemahaman yang lebih dalam tentang warisan budaya Indonesia. Integrasi budaya dalam pendidikan ini dapat memperkuat rasa cinta dan kebanggaan siswa terhadap budaya lokal. Sekaligus membentuk karakter yang inklusif dan menghargai keberagaman.

Baca juga:  JNE Melesat Antar Kebahagiaan yang Penuh Cinta dan Kasih

“Praktik mewarnai wayang gunungan ini merupakan kolaborasi antara mata pelajaran bahasa jawa dan seni budaya. Kami para guru ingin memperkenalkan wayang gunungan kepada siswa dan untuk melatih keterampilan siswa dalam belajar mewarnai, memotong, dan menempel sesuai materi seni budaya kelas II,” imbuhnya.

Selain itu, lanjut dia, wayang sebagai warisan budaya Indonesia memiliki potensi besar untuk menghidupkan kembali proses belajar mengajar dengan cara kreatif dan bermakna. Tak hanya mewarnai, anak-anak juga diberikan cerita atau kisah teladan melalui story telling berbasis wayang. Sehingga mereka juga dapat merasakan emosi serta pesan moral.

Baca juga:  KBPW Gandeng Biennale Yogyakarta untuk Workshop Manajemen Seni

“Dalam wayang gunungan terdapat beberapa fungsi yang menjadi tolok ukur. Di antaranya gunungan dipergunakan dalam pembukaan dan penutupan cerita atau lakon wayang,” sambungnya. (iza/fat)