Eco-Peace Warrior Semarang Gandeng Pemuda Lintas Agama Tanam Bibit Mangrove

PEDULI: Salah satu biksu bersama peserta saat menanam bibit mangrove di Pantai Tirang Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu, akhir pekan lalu. (DOK. PRIBADI/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Eco-Peace Warrior Semarang berusaha untuk mencegah abrasi melalui penanaman bibit mangrove lintas agama di Pantai Tirang, Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu, akhir pekan lalu. Kegiatan ini diikuti oleh anak-anak muda dari berbagai kampus, seperti Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Negeri Semarang (UNNES), UIN Walisongo Semarang, STIB Smaratungga Boyolali, komunitas Duta Damai, dan masih banyak lagi.

Pantauan Joglo Jateng, mereka tidak hanya menanam bibit mangrove, namun juga pohon cemara sebagai salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi di Kota Semarang.

Baca juga:  Penyelenggara Lomba Tari SEC Semarang Dilaporkan ke Polda Jateng, Ini Masalahnya!

Ketua Pelaksana penanaman mangrove Eco-Peace Warrior Semarang, Lena Sutanti mengungkapkan, anak muda berperan penting untuk mencegah kelestarian alam. Terlebih, mereka lah yang akan menghadapi kehidupan di masa depan.

“Kita memilih menanam mangrove karena kita tahu semarang itu potensi terjadi abrasi. Apalagi ketika hujan lebat, banjirnya sampai kemana-mana. Makanya kita menanam mangrove biar mengurangi banjir dan abrasi,” ucapnya saat dikonfirmasi Joglo Jateng, akhir pekan lalu.

Selain menjaga lingkungan dengan penanaman mangrove dan pohon cemara, kata Lena, mereka berkesempatan untuk interaksi dengan tokoh agama Buddha, dan anak muda lintas iman. Hal ini dilakukan supaya mereka bisa membiasakan diri dan melihat perspektif dari orang yang berbeda.

Baca juga:  Perekonomian Semarang 2025 Dipredikasi Tumbuh hingga 6 Persen

Sementara itu, tokoh agama Buddha asal Boyolali, Bhante Ditti Sampano atau Budi Utomo, menyampaikan bahwa menanam mangrove merupakan bentuk mencintai alam. Bahkan, menurut agama yang ia anut, juga mengajarkan untuk mencintai semua makhluk.

“Pada dasarnya pelestarian alam adalah satu hal yang penting sekali, karena hukum tabur tuai yaitu apa yang ditanam, adalah apa yang akan kita panen,”jelasnya.

Berdasarkan sejarah yang ia ketahui, sejak dulu pohon-pohon dimanfaatkan sebagai tempat perlindungan manusia untuk mencapai pencerahan. Bahkan, diceritakan bahwa agama Buddha juga lahir di bawah pohon Bodhi.

Baca juga:  Tahun 2025, Kesbangpol Jateng Fokus Penguatan Kondusifitas

Sehingga, dirinya menyebut, penanaman bibit mangrove ini sangat berdampak untuk mencegah abrasi dan kerusakan lingkungan. “Mari kita bersama-sama untuk selalu menanam pohon untuk melestarikan alam dengan menghijaukan bumi,”katanya. (int/gih)