Oleh: KH. M. Said Ridwan
Masyayikh Lirboyo, Kediri
Habib Luthfi bin Yahya bukanlah sosok yang membutuhkan jabatan atau pengakuan manusia. Keilmuan, kebijaksanaan, dan kemuliaan akhlaknya telah menjadikan beliau cahaya bagi umat, pelita bagi Indonesia, dan simbol kedamaian bagi dunia. Sesungguhnya, bukan Habib Luthfi yang membutuhkan kita, melainkan kitalah—umat, bangsa, bahkan dunia—yang sangat membutuhkan beliau.
Dalam kebeningan hati dan kebijaksanaan sikapnya, Habib Luthfi telah menjadi penuntun bagi banyak jiwa yang gelisah. Dengan kelembutannya, beliau membangkitkan semangat cinta kepada Allah, Rasul-Nya, dan tanah air. Beliau adalah sosok yang mampu merajut keberagaman menjadi harmoni, menyatukan hati yang retak, dan meneguhkan keyakinan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin.
Indonesia berhutang banyak pada Habib Luthfi. Di tengah goncangan radikalisme dan perpecahan, beliau berdiri kokoh sebagai penjaga moderasi, perekat persatuan, dan penguat nilai-nilai kebangsaan. Cinta beliau kepada NKRI bukan sekadar retorika, melainkan pengabdian yang nyata. Melalui dakwahnya, beliau mengajarkan bahwa mencintai negeri adalah bagian dari iman, dan menjaga kedamaian adalah bentuk ibadah tertinggi.
Dunia pun mengakui kebesaran beliau. Para mursyid dari berbagai belahan dunia menghormati beliau sebagai tokoh yang tidak hanya menguasai tasawuf, tetapi juga menjembatani dialog antarbangsa dan agama. Kehadiran Habib Luthfi menjadi simbol bahwa Islam adalah agama cinta dan kedamaian yang mampu menjadi solusi bagi krisis spiritual dan moral global.
Maka, menjaga Habib Luthfi adalah kewajiban kita bersama. Bukan karena beliau yang membutuhkan kita, tetapi karena kita tidak sanggup kehilangan sosok yang menjadi lentera kehidupan. Beliau adalah amanah yang dititipkan Allah kepada kita, untuk dijaga, dihormati, dan didukung perjuangannya.
Mari kita jaga Habib Luthfi, bukan hanya untuk NU atau Indonesia, tetapi untuk masa depan umat manusia. Karena melalui beliau, Allah menghadirkan rahmat-Nya, yang menyatukan hati, menebarkan cinta, dan menyelamatkan dunia dari kegelapan. Jangan sampai kita menjadi umat yang lalai menjaga anugerah besar ini. (*)