Tikus Perantara Leptospirosis di Musim Hujan

K Hasna Fauziyah

Oleh: K Hasna Fauziyah
Mahasiswa S1 Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

MUSIM hujan identik dengan meningkatnya jumlah kasus penyakit. Salah satunya Leptospirosis yang disebut dengan penyakit kencing tikus. Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. Bakteri ini dapat menyebar melalui air kencing atau darah hewan yang terinfeksi. Salah satu hewan yang menjadi perantara penyebaran Leptospira adalah tikus. Penyakit ini sering kali dikaitkan dengan keberadaan tikus sebagai perantara utama penularannya. Leptospira sp. dapat hidup selama beberapa tahun di ginjal hewan tikus tersebut tanpa menimbulkan sakit, dan bertahan beberapa bulan atau tahun di air atau tanah.

Leptospirosis merupakan penyakit hewan global, yang dapat memberikan dampak ekonomi besar pada industri peternakan dan merupakan zoonosis yang penting. Penyakit ini dapat menular dari hewan ke manusia. Leptospirosis salah satu penyakit yang tergolong langka. Dengan demikian, kita perlu mewaspadai penyakit tersebut karena berisiko menimbulkan komplikasi yang berbahaya pada manusia, seperti meningitis, kerusakan ginjal, hingga gagal hati.

Mengapa tikus menjadi perantara utama Leptospirosis ?

Benar, tikus adalah perantara utama dalam penyebaran penyakit Leptospirosis. Tikus dapat membawa dan menyebarkan bakteri Leptospira sp. yang menyebabkan penyakit tersebut terutama di daerah yang tidak memiliki sanitasi yang baik. Bakteri ini pada umumnya ditemukan dalam urin tikus yang terinfeksi. Tikus seringkali hidup di daerah yang kotor, seperti tempat sampah atau saluran pembuangan, yang memungkinkan tikus terpapar bakteri dan mengeluarkannya melalui urin. Selain itu, tikus memiliki kemampuan untuk hidup dan berkembangbiak dengan cepat dalam lingkungan pedesaan atau perkotaan.

Bakteri Leptospira sp. akan menetap di dalam ginjal tikus sebagai infeksi kronik dan bertahan sepanjang hidup tikus. Kemudian bakteri Leptospira sp. akan memperbanyak diri di tubuh inang dan keluar bersama urin. Tikus menjadi pembawa bakteri Leptospira seumur hidupnya (carrier) karena meskipun Leptospira sp hidup di tubuh tikus, tikus tidak menunjukkan adanya gejala sakit.

Siapa yang berisiko tertular Leptospirosis ?

Manusia memiliki risiko tinggi terpapar Leptospirosis karena pekerjaannya, gaya hidup atau lingkungan tempat tinggal. Pekerja perkebunan atau petani, peternak, petugas, petugas pet shop, pekerja pemotongan hewan, pengolah daging  pembersih saluran air, dan militer memiliki resiko tinggi tertular Leptospirosis. Risiko tinggi terinfeksi Leptospirosis juga terjadi karena peningkatan jumlah manusia yang melakukan olahraga rekreasi air dan saat ada bencana banjir.

Faktor risiko yang menyebabkan Leptospirosis adalah: 1) faktor lingkungan yang kurang higienis: tinggal di daerah yang menimbun banyak sampah, sehingga penumpukan sampah menjadi tempat persembunyian dan sumber makanan bagi tikus. Selain itu daerah rawan banjir menjadi faktor utama karena terdapat banyak genangan air yang tidak dikelola, menyebabkan tikus hidup dan berkembang biak; 2) aktivitas di luar ruangan: orang yang bekerja atau beraktivitas di luar ruangan contohnya yaitu petani merupakan salah satu profesi yang rentan terkena Leptospirosis, hal ini disebabkan seringnya bersentuhan dengan air yang bisa saja telah terkontaminasi bakteri dari urin tikus; 3) bencana banjir: saat terjadi bencana banjir, risiko peningkatan leptospirosis yang signifikan. Air yang terkontaminasi urin tikus dapat meluas ke berbagai area, termasuk rumah, jalanan, dan tempat umum lainnya, hal tersebut dapat meningkatkan risiko penularan. Pada kondisi tersebut sulit bagi manusia serta hewan peliharaan untuk menghindari kontak dengan air banjir. Bersentuhan dengan air banjir tersebut dalam jangka panjang meningkatkan kemungkinan infeksi; 4) kontak dengan hewan pembawa utama penyakit : tikus adalah hewan pembawa utama penyaki lewat urinnya yang mencemari makanan, minuman dan air disekitar manusia.

Bagaimana mencegah Leptospirosis ?

Pencegahan Leptospirosis dapat dilakukan dengan cara: 1) mengendalikan populasi tikus, dengan cara menjaga kebersihan lingkungan dengan memastikan tidak ada sampah atau makanan yang menarik perhatian tikus, memperbaiki lubang atau celah yang menjadi akses tikus masuk ke dalam rumah dan jika diperlukan memasang perangkap; 2) menghindari kontak langsung dengan air atau tanah yang terkontaminasi,  usahakan untuk selalu menggunakan alas kaki saat beraktivitas di luar ruangan, terutama pada area yang basah dan tercemar; 3) menjaga kebersihan diri, dengan rutin mencuci tangan dan kaki setelah beraktivitas di luar ruangan jika terpapar air dan tanah. Jika terluka pastikan luka segera tertutup dengan perban saat berada di lingkungan berisiko.

Leptospirosis dapat di cegah jika manusia memiliki kesadaran penuh terhadap risikonya. Perlunya edukasi mengenai bahaya tikus sebagai perantara utama Leptospirosis, maka dari itu kita harus menjaga kebersihan lingkungan dan mengambil langkah-langkah untuk meminimalisir risiko penyebaran Leptospirosis.

Manusia akan lebih waspada jika sudah memahami dan mengetahui peran tikus dalam penyebaran Leptospirosis. Mari bersama-sama menjaga kesehatan lingkungan kita demi mengurangi risiko penyebaran Leptospirosis . Waspadai tikus, cegah Leptospirosis!!! (*)