KENDAL, Joglo Jateng – Puluhan nelayan di Rowosari mengevakuasi bangkai kapal yang karam di muara Kali Kuto. Bangkai kapal ini dievakuasi dengan cara manual.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kendal Hudi Sambodo mengatakan, proses evakuasi dilakukan para nelayan dengan cara dipecah-pecah agar memudahkan prosesnya.
“Jaring juga sudah berhasil diangkat, tapi ada satu tonggak yang belum bisa dievakuasi menunggu ombak surut dulu,” ungkapnya.
Dijelaskan Hudi, terkait kapal yang karam pada 4 Desember 2024 silam, Pemkab Kendal telah berupaya untuk mendapatkan bantuan CSR hingga berencana mengevakuasi bangkai kapal dengan menggunakan belanja tidak terduga (BTT). Namun saat ini bangkai kapal sudah dievakuasi oleh nelayan setempat.
“Saya sudah sampaikan ke Pak Pj Sekda dan kita sudah rapat beberapa kali, tadinya kita mau menggunakan anggaran BTT dari Pemda tapi kita batalkan. Karena sudah dilakukan evakuasi manual yang dilakukan nelayan sendiri,” bebernya.
Proses evakuasi dilakukan selama empat hari. Hal itu dilakukan setidaknya oleh 20 nelayan warga setempat. Sekarang lalu lintas keluar masuk kapal sudah kembali lancar.
Untuk itu, melalui Baznas Kabupaten Kendal, DKP Kendal memberikan bantuan kepada para nelayan yang telah bergotong royong mengevakuasi secara manual kapal karam senilai total Rp 5 juta.
Selain memberikan bantuan kepada para nelayan yang telah melakukan evakuasi kapal karam, DKP Kendal bersama Baznas juga menyalurkan bantuan sosial bagi anak buah kapal (ABK) yang terdampak kecelakaan kapal di perairan Desa Sendang Sikucing dan santunan kematian kepada korban yang meninggal dunia pada saat musibah kapalnya tersangkut bangkai kapal karam.
“Ada 9 ABK masing-masing menerima santunan Rp 300 ribu. Dan kita juga salurkan bantuan sosial santunan kematian kepada ahli waris almarhum Solikin yang meninggal saat kapalnya tersangkut kapal yang karam senilai Rp 2 juta,” imbuh Hudi Sambodo.
Hudi berpesan para nelayan agar berhati-hati dan waspada saat melaut terutama saat cuaca ekstrim dan gelombang tinggi saar ini. Serta tetap waspada saat akan kembali ke muara sungai yang mengalami sedimentasi.
“Ada total 8 kapal yang mengalami kecelakaan. Yang karam dua, yang lainnya tersangkut dan sempat karam tapi bisa ditarik dan diselamatkan. Penyebabnya adalah ombak besar dan sedimentasi yang menyebabkan kapal kandas, kemudian kurang kehati-hatian nelayan,” terangnya.
Dia menambahkan bahwa pihaknya tidak henti-hentinya memberikan informasi iklim dan cuaca, terutama saat memasuki musim barat dan cuaca ekstrim atau tidak terduga.
Terlebih, cuaca ekstrim dan gelombang tinggi berpotensi mengakibatkan sedimentasi terutama di muara sungai seperti di muara Kalikutho Desa Gempolsewu. Sehingga tidak jarang banyak kapal yang kandas saat akan masuk menuju TPI Tawang.
“Jadi ombak besar yang boleh dikatakan hingga 2,5 meter itu bisa menyebabkan sedimentasi yang setiap tahun akan terjadi. Sedimentasi ini bisa mengakibatkan kapal kecelakaan. Misalnya kapal nelayan posisinya belum pas untuk masuk muara tapi dipaksakan jadi tergulung ombak dan karam,” pungkasnya.(ags)