KUDUS, Joglo Jateng — Belum dilakukannya normalisasi sungai Jeratun 1 (JU 1) membuat berapa wilayah di Kecamatan Mejobo terancam banjir. Situasi itu dikhawatirkan akan mengulang peristiwa tahun-tahun sebelumnya.
Salah satu desa di Kecamatan Mejobo yang langganan terdampak banjir yakni Payaman. Kepala Desa Payaman, Nurhadi mengatakan, sejak 2021-2024 banjir selalu melanda wilayahnya. Tahun lalu warga harus merasakan dua kali berada di tenda pengungsian akibat banjir.
“Kemarin itu di 2024 ngungsi dua kali. Pertama di Januari, terus mereka balik ada banjir lagi bulan Maret, pas puasa,” ujarnya.
Nurhadi menuturkan, selain akibat intensitas hujan tinggi, banjir juga disebabkan oleh belum adanya penanganan terhadap saluran air, khususnya Jeratun (JU1). Dikatakan dia, jika JU 1 tidak dinormalisasi maka langganan banjir tiap tahun sulit dihindarkan.
Pihaknya mencatat, ada lima desa yakni Payaman, Mejobo, Gulang, Kirig, dan Temulus yang terdampak banjir di Kecamatan Mejobo. Adapun, Desa Payaman khususnya dukuh Payaman dan Karanganyar merupakan area yang terdampak banjir paling lama.
Permintaan normalisasi terhadap JU 1 pun sudah dilakukan sejak 2020 lalu. Namun, hingga tutup kalender 2024 normalisasi itu belum terealisasi. “Di 2023 sudah ada surat turun, rencana 2024 dikerjakan, tapi realisasinya sekarang belum ada. Kemarin tanya dengan PUPR katanya di 2025,” terang Nurhadi.
Banjir juga membuat petani mengalami gagal panen. Nurhadi mengungkapkan, Dukuh Bancak dan Karanganyar area tanam pangan padi, sedangkan di Dukuh Payaman sebelah jalan lingkar lahan melon.
“Melon di Payaman termasuk yang bagus. Tapi 2023 dan 2024 tidak bisa panen karena banjir,” tandasnya. (nik/fat)