SEMARANG, Joglo Jateng – Salah satu nelayan Tambakrejo, Marzuki mengaku, hasil pembangunan sheetpile yang rampung dikerjakan oleh Kementrian PUPR telah membuat Kawasan Kampung Nelayan Tambakrejo terbebas dari banjir dan rob. Ia berharap adanya sheetpile bisa bertahan lama dan tidak membuat kawasan kampung nelayan tenggelam.
“Untuk rob sendiri sampai saat ini kering, saya berharap sheetpile ini awet dan tidak tenggelam,” ucapnya saat ditemui Joglo Jateng, Selasa (7/1/25).
Untuk diketahui, progres pembangunan sheetpile sudah dimulai sejak tahun 2023. Pada saat itu, rob masuk ke kawasan warga antara dari 20 sampai 30 cm. “Alhamdulillah sudah tidak rob lagi dan warga tambakrejo RT 1, RT 4, RT 5 sampai RT 6 itu aman dari rob,” ungkapnya.
Meski begitu, keberhasilan itu memunculkan masalah baru. Salah satunya, tersumbatnya saluran drainase di bagian selatan permukiman warga menuju ke tambak. Sedangkan, bagian utara diakui tidak ada aliran sampai ke pompa air, yang seharusnya itu bisa dihubungkan sampai ke tambak warga.
“Akibatnya itu menyebabkan nyamuk makin banyak di saluran itu. Kemarin ada anak magang dan KKN yang kunjungan kesini mengeluh karena banyak nyamuk, ” tukasnya.
Bahkan, Marzuki menyampaikan, pada siang harinya ia selalu menghidupkan obat nyamuk bakar. Kemudian, pada malam harinya, ia terpaksa menyiapkan berbagai macam jenis anti nyamuk, seperti semprotan, raket listrik, sampai lotion anti nyamuk agar tidak tergigit nyamuk.
“Kalau yang sampai kena DB (deman berdarah) alhamdulillah tidak. Kemarin itu satu Bu RT 05 itu mengembangkan nyamuk yang anti DB itu ceritanya nanti dikawinin sama nyamuk- nyamuk liar untuk mengurangi resiko DB (Wolbachia),” katanya.
Dalam mengantisipasi hal ini, dirinya mengaku telah bertemu dengan pemangku wilayah, baik petugas Kelurahan Tanjungmas maupun Kecamatan Semarang Utara yang konsen di bagian pembangunan. Dirinya meminta agar saluran drainase itu dinormalisasi, agar aliran air itu bisa lancar dan tidak tergenang lagi. “Tapi hingga saat ini belum ada tindaklanjut, ” imbuhnya.
Selain itu, ada juga permasalahan soal pengendalian sampah kiriman dari banjir kanal. Hal ini menyebabkan perairan muara Tambakrejo atau Tambaklorok menjadi kotor. “Kalau ombaknya sedikit, menjaringnya jadi sempal (patah) sehingga kita itu nelayan bukannya menjaring ikan tapi malah sampah,” ujar Marzuki.
Ia berencana, pada Januari ini akan bersama-sama melakukan audiensi ke dinas terkait, seperti Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) untuk permasalahan tersumbatnya drainase, dan dinas terkait untuk masalah sampah. (int/gih)