KUDUS, Joglo Jateng — Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kudus pada triwulan ke III 2024 anjlok. Angka penurunan tersebut sebesar 1,53 persen. Penurunan ini disebut adanya kontraksi dari sektor primer dan sekunder.
“Perbandingan triwulan III dengan triwulan II 2024 -1,53 persen. Namun perbandingan triwulan III 2024 dengan triwulan III 2023 tumbuh 0,78 persen,” terang Kusuma Agung Handaka, Statistisi Madya BPS Kabupaten Kudus.
Menurutnya, angka pertumbuhan ekonomi itu didasarkan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Baik itu PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) dan atas dasar harga konstan (ADHK).
“PDRB Kudus secara ADHB pada triwulan II sebesar Rp32,058 triliun menjadi 31,599 pada triwulan III. Kemudian berdasarkan ADHK pada triwulan II Rp18,666 T menjadi Rp18,380 T,” jelasnya.
Dia juga menambahkan, penghitungan tersebut dihasilkan menurut lapangan usaha dan pengeluaran. Adapun lapangan usaha itu terdiri atas sektor primer seperti pertanian, kehutanan, perikanan dan pertambangan.
Kemudian sekunder yakni industri pengolahan, pengadaan listrik dan gas, pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang, dan konstruksi. Sektor tersier diantaranya perdagangan, transportasi dan pergudangan, serta jasa keuangan dan komunikasi.
Sementara itu, komponen pengeluaran terdiri dari pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga. Pengeluaran konsumsi akhir pemerintahan. Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dan lain sebagainya.
Adapun sektor sekunder berkontribusi sangat dominan terhadap penurunan ekonomi. Hal itu ditujukan bahwa sektor sekunder kontribusinya mencapai 80,92 persen, sektor primer 2,94 dan tersier 16,15 terhadap perekonomian.
Pada triwulan III ini, hanya sektor primer yang menunjukkan tren positif dengan pertumbuhan 3,66 persen. Sedang sektor skunder -2,04 persen disusul sektor primer -0,1 persen.
“Kalau kita lihat, Kudus ini kabupaten yang perekonomiannya ditopang industri rokok (sektor sekunder). Beberapa waktu terakhir ada berapa regulasi, cukai, penyesuaian harga, ini tentu berimbas. Ketika dia naik perekonomian Kudus naik, kalau itu stagnasi maka perekonomian juga ikut stagnan,” pungkasnya. (nik/fat)