KUDUS, Joglo Jateng – Rumah singgah yang dikelola Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AP2KB) Kabupaten Kudus, menjadi tempat sementara bagi orang-orang terlantar, seperti anak punk, pengamen, tunawisma, hingga lansia tanpa keluarga. Namun, fasilitas rumah singgah itu masih memerlukan banyak perbaikan agar dapat memberikan pelayanan yang lebih layak.
Kabid Rehabilitasi Sosial dan Perlindungan Jaminan Sosial Dinsos P3AP2KB Kudus Anik Yuliati mengungkapkan, saat ini rumah singgah masih dalam kondisi kurang memadai. Rumah singgah ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara maksimal 15 hari bagi mereka yang membutuhkan, kecuali ODGJ yang belum stabil.
“Dari depan kelihatannya bagus, tapi di dalam belum ada plafon, pengecatan sudah kotor dan kamar mandinya juga perlu diperbaiki. Kami menangani ODGJ yang sudah dalam kondisi tenang. Kalau masih tidak terkondisikan, kami rujuk ke rumah sakit,” jelasnya, belum lama ini.
Namun, kapasitas rumah singgah sangat terbatas, hanya terdiri dari dua kamar dengan kapasitas satu orang per kamar. Menurut Anik, kondisi ini membuat pihaknya seringkali harus menitipkan orang terlantar ke panti swasta yang sebenarnya berbayar.
“Kalau tidak ada keluarga yang menerima, kami terpaksa menaruh mereka di rumah singgah atau menitipkan ke panti swasta,” katanya.
Anik berharap, adanya perhatian lebih dari pemerintah untuk pengembangan rumah singgah ini. Pada 2024, sebenarnya sudah ada anggaran sekitar Rp 200 juta untuk perbaikan, termasuk pemasangan plafon dan pagar. Namun, hingga akhir tahun belum direalisasikan. “Tahun ini rencananya perbaikan bisa dilakukan setelah dana cair, mungkin sekitar bulan Mei,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan harapannya agar dana dari berbagai sumber, seperti APBD, cukai, dan CSR, dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas rumah singgah diKudus. “Kudus ini kota kaya, tetapi rumah singgahnya masih jauh dari layak. Padahal di kota lain, seperti Boyolali, rumah singgahnya besar dan bagus sekali,” imbuh Anik.
Anik bermimpi memiliki rumah singgah yang tidak hanya layak sebagai tempat tinggal sementara, tetapi juga menjadi tempat di mana orang terlantar bisa mendapatkan pelatihan dan aktivitas. “Mereka juga manusia yang perlu dihargai dan diberdayakan. Kalau ada rumah singgah yang layak, kami bisa memberikan perhatian yang lebih baik kepada mereka,” tuturnya.
Ia pun berharap rumah singgah yang lebih baik dapat terwujud agar para orang terlantar tidak terus-menerus menjadi tanggungan panti swasta. “Kami ingin memberikan mereka tempat yang layak, agar bisa tetap hidup bermartabat meski dalam kondisi sulit,” pungkasnya.(cr7/sam)