KUDUS, Joglo Jateng – Penutupan sementara Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kudus akibat perawatan mendesak memberikan dampak yang cukup besar bagi pengelolaan sampah, khususnya di pasar-pasar tradisional. Hal ini memaksa pengelola pasar dan petugas kebersihan untuk bekerja ekstra keras dalam menjaga kebersihan lingkungan pasar yang mulai terancam, karena sampah yang semakin menggunung.
Salah satu langkah antisipasi yang diterapkan untuk mengatasi masalah itu adalah dengan melakukan sistem penjagaan kebersihan pasar secara bergantian antara petugas keamanan pasar (Satib) dan petugas kebersihan. Sistem ini bertujuan agar sampah yang menumpuk di tempat pembuangan sampah (TPS) pasar tidak bertambah banyak dan menghindari warga yang membuang sampah sembarangan di sekitar kawasan pasar.
Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Dinas Perdagangan Kudus Albertus Harys Yunanto mengungkapkan, pengelolaan sampah di pasar-pasar Kudus dilakukan secara bergantian oleh Satib dan petugas kebersihan selama TPA tidak dapat digunakan.
“Selama TPA ditutup, pasar dijaga bergantian oleh tenaga Satip dan kebersihan, selama kami belum bisa membuang sampah ke TPA. Ini untuk mengantisipasi supaya warga tidak membuang sampah sembarangan di TPS pasar,” terangnya, Jumat (17/1/25).
Menurutnya, tidak semua pasar di Kudus memiliki Satib. Namun, pasar yang memiliki Satib cenderung memiliki sistem pengelolaan sampah yang lebih terkendali.
“Bagi semua pasar yang ada Satib, sampahnya lebih terkelola dengan baik. Kalau pasar tidak ada Satib, berarti sampahnya tidak terlalu banyak. Beberapa pasar yang sudah ada Satip antara lain Pasar Kliwon, Pasar Baru, Pasar Jember, dan Pasar Bitingan. Selain itu, hanya ada petugas kebersihan saja,” paparnya.
Salah satu kebijakan yang diberlakukan di Pasar Bitingan adalah larangan bagi kendaraan bentor untuk membuang sampah di pasar tersebut. Langkah ini diambil untuk menjaga kebersihan pasar dan memastikan sampah tidak menumpuk di TPS pasar.
“Untuk sementara ini, bentor tidak diperbolehkan membuang sampah di Pasar Bitingan. Kami juga berusaha mengantisipasi agar warga merasa tidak nyaman membuang sampah sembarangan di TPS pasar,” ujarnya.
Namun, meski berbagai langkah telah diambil, volume sampah di beberapa pasar, khususnya Pasar Bitingan, menunjukkan angka yang sangat tinggi. Di Pasar Bitingan, misalnya, tercatat tiga kontainer sampah non organik yang terkumpul setiap hari.
“Di Pasar Bitingan, volume sampah non organik mencapai tiga kontainer per hari, sementara untuk sampah organik terpisah. Sampah ini sudah menumpuk mencapai sembilan kontainer selama TPA di tutup,” ungkapnya.
Sementara itu, pasar lainnya juga mencatatkan volume sampah yang tidak sedikit. Pasar Baru, misalnya, menghasilkan satu kontainer sampah setiap dua hari sekali, sedangkan Pasar Kliwon menghasilkan dua kontainer sampah setiap hari.
“Pasar Baru menghasilkan satu kontainer setiap dua hari sekali, sementara Pasar Kliwon menghasilkan dua kontainer sampah setiap hari,” imbuhnya.
Dalam upaya untuk mengurangi penumpukan sampah selama TPA tutup, pihak pengelola pasar juga menyediakan wadah sementara berupa karung untuk menampung sampah.
“Untuk sementara waktu, kami juga menyiapkan karung untuk menampung sampah di beberapa pasar. Ini merupakan langkah darurat untuk menghindari penumpukan sampah,” bebernya.(uma/sam)