Kudus  

Penjualan Ayam Kampung Stabil, Tapi Pasar Tradisional Masih Sepi

TERLIHAT: Beberapa potong ayam tengah dipasarkan di kompleks pasar Kliwon, Kudus. (NUR MAIDAH /JOGLO JATENG)

KUDUS, Joglo Jateng –  Harga ayam kampung di pasar tradisional kini telah kembali stabil setelah sempat mengalami kenaikan di awal tahun lalu. Kenaikan harga berkisar antara Rp 5.000 hingga Rp 10.000 per kilogram, namun kondisi pasar yang sepi masih menjadi tantangan utama bagi para pedagang.

Salah satu pedagang ayam kampung di Pasar Kliwon Kudus, Siti Nor Azizah mengungkapkan bahwa minat pembeli terhadap ayam kampung menurun signifikan. “Sekarang pasar sepi banget. Pembeli yang datang hanya pelanggan tetap atau bakul yang mengambil barang dalam jumlah banyak,” ujarnya saat ditemui di lapaknya.

Ia menilai perubahan pola belanja masyarakat menjadi salah satu penyebab utama. Menurut Siti, banyak orang yang kini lebih memilih berbelanja secara online. “Sekarang semuanya serba online, bahkan untuk kebutuhan sehari-hari. Orang-orang lebih suka pesan lewat aplikasi dan tinggal tunggu diantar, jarang yang datang langsung ke pasar,” jelasnya.

Meski demikian, Siti berharap usaha ayam kampungnya bisa terus bertahan dan kembali diminati banyak orang. Ia juga berharap kondisi pasar tradisional dapat pulih seperti sebelumnya. “Saya ingin usaha ini tetap berjalan lancar dan lebih banyak yang beli. Tapi, sekarang banyak pedagang mengeluh karena kondisi pasar tidak seramai dulu,” tambahnya.

Kenaikan harga ayam kampung di awal tahun sempat menjadi perhatian, tetapi Siti memastikan hal itu tidak memengaruhi operasionalnya secara signifikan. “Kendala besar tidak ada, cuma harga ayam sempat naik mengikuti harga kulakan. Selebihnya, alhamdulillah tidak ada masalah,” katanya.

Menurut Siti, pasar tradisional saat ini membutuhkan dorongan agar dapat bersaing dengan tren belanja online yang semakin mendominasi. “Pasar tradisional tetap penting, terutama untuk produk-produk segar seperti ayam kampung. Semoga ada cara untuk menarik kembali minat masyarakat berbelanja di pasar,” tuturnya penuh harap.

Selain itu, Siti mengungkapkan bahwa pembeli ayam kampung sebenarnya masih ada, tetapi jumlahnya tidak sebanyak dulu. “Sekarang hanya pelanggan tetap yang masih bertahan. Kalau dulu, ramai banget, terutama menjelang hari-hari besar,” kenangnya.

Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, Siti tetap optimistis menjalankan usahanya. Ia percaya, dengan kerja keras dan inovasi, pasar tradisional bisa kembali menjadi tempat belanja yang ramai dan diminati masyarakat. (cr7)