SEMARANG, Joglo Jateng – Pakar Lingkungan Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang Mila Karmila menyebut saat ini banyak daerah resapan air yang justru dibangun kawasan permukiman, terutama di Kecamatan Tembalang. Pembangunan itu membuat kawasan tersebut menjadi langganan banjir setiap musim hujan.
“Lahan yang dulunya banyak sudah makin berkurang, mungkin karena banyaknya perumahan-perumahan baru di daerah Tembalang, Meteseh, dan sekitarnya. Apalagi kemudian ada beberapa perguruan tinggi yang ada di sekitar Tembalang,” ucapnya saat dikonfirmasi Joglo Jateng, Rabu (22/1/25).
Dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu, kata Mila, beberapa tahun terakhir ini terjadi pengurangan ruang resapan air yang cukup parah. Hal lantaran banyaknya perumahan baru dan perguruan tinggi di kawasan Tembalang yang dulunya merupakan ruang resapan air.
Akan tetapi, Mila menuturkan, yang terjadi saat ini justru dikawasan itu malah dijadikan perumahan. Dengan adanya fenomena ini, dampaknya tidak hanya di Kecamatan Tembalang saja, namun juga wilayah Semarang bagian bawah yang ikut terkena imbas dari banjir.
“Alhasil, banjir yang dulunya hanya sesekali melanda Tembalang kini menjadi lebih sering datang (banjir, Red.). Bahkan, ketika hujan turun dalam waktu beberapa jam Kecamatan Tembalang seharusnya menjadi daerah tangkapan air yang mestinya menghambat laju air ke daerah bawah,” jelasnya.
Ia menjelaskan, kawasan yang jumlah terbangunnya sudah lumayan banyak, sementara saluran drainasenya kecil dan kedalamannya tidak terlalu dalam. Hal itu menyebabkan air mudah tergenang.
“Belum lagi harusnya ada aturan sumur resapan atau biopori yang bisa memperbaiki resapan air. Sumur resapan dan biopori semestinya bisa membantu mengurangi potensi banjir di Tembalang,” terangnya.
Dirinya berpesan kepada pemerintah untuk segera mengatur regulasi terkait pembangunan rumah atau gedung-gedung di Tembalang. Jika tidak dilaksanakan, maka yang terjadi intensitas banjir di Tembalang akan makin sering dan kedalaman volume air yang lebih besar.
“Jangan kemudian orang membangun rumah semua, jangan makin lama makin banyak perumahan. Harus ada aturan yang mengatur pembangunan di area-area yang seharusnya jadi resapan alami entah danau atau rawa. Itu yang harusnya dipertahankan,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, pada Senin (20/1/2025) lalu malam hari, banjir telah melanda Perumahan Dinar Indah, Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang. Hal ini menyebabkan warga terpaksa mengungsi di balai RW sampai air surut. (int/adf)