KUDUS, Joglo Jateng – Desa Jati Kulon menjadi salah satu model ketahanan pangan berbasis lokal. Pemerintah desa melakukan pengelolaan sumber daya hewani dan potensi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berkembang.
Desa ini berhasil menciptakan ekosistem mandiri yang berkelanjutan. Salah satunya yaitu Safira Kambing, dimana fokus pada budidaya kambing perah.
Kepala Desa Jati Kulon, Hery Supriyanto menyebutkan, Safira Kambing awalnya dimulai dengan 13 ekor kambing betina dan 1 pejantan. Seiring berjalannya waktu, kambing bertambah menjadi 28 ekor. Dengan empat di antaranya mulai bisa diperah susunya selama enam bulan terakhir.
“Setiap harinya, susu yang dihasilkan mencapai tiga liter, menjadikannya sebagai produk asli desa. Permintaan susu kambing begitu tinggi hingga stok yang tersedia sering kali tidak mencukupi kebutuhan pasar. Tidak hanya warga kami yang menjadi konsumen utama, tetapi juga masyarakat dari luar desa,” ujarnya, Rabu (29/1/25).

Selain budidaya kambing perah, tambahnya, Desa Jati Kulon juga memanfaatkan kolam lele sebagai bagian dari program Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Sebagian hasilnya bisa dijual di pasar sayur.
“Hal tersebut dapat memberikan nilai ekonomi tambahan bagi warga kami. Inisiatif ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan lokal, tetapi juga menciptakan perputaran ekonomi di dalam desa sendiri,” ungkapnya.
Pemdes memiliki rencana jangka panjang untuk semakin memperkuat ketahanan pangannya. Salah satunya adalah pembangunan kebun anggur di greenhouse desa.
“Diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan baru sekaligus memperkuat citra Desa Jati Kulon sebagai desa yang mandiri dalam mengelola potensi alamnya,” tuturnya.
Desa ini membuktikan bahwa ketahanan pangan tidak hanya menjadi wacana. Tetapi juga praktik nyata yang memberikan manfaat bagi semua pihak. (cr9/fat)