Jawa Tengah Hadapi 80 Ribu Kasus TBC per Tahun, Tantangan Besar Masih Mengintai

KOORDINASI: Ketua Yayasan Mentari Sehat Indonesia Supriyanto menyerahkan laporan kegiatan penanganan TBC kepada Kepala Kesbangpol Jateng Haerudin, belum lama ini. (LU'LUIL MAKNUN/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Tuberkolis (TBC) masih menjadi tantangan besar bagi Jawa Tengah. Sebab, setiap tahun rata-rata ditemukan 80 ribu kasus di provinsi ini.

Meski angka kesembuhannya mencapai 90 persen, masih banyak kendala dalam penanganannya. Salah satunya karena rendahnya keterbukaan masyarakat dalam melaporkan penyakit TBC.

“Kasus di Jawa Tengah itu 2023 ke 2024 itu setahun bisa mencapai angka 80 ribu kasus baru. Jadi lumayan tinggi itu. Jadi tiap tahun itu rata-rata 80 ribuan kasus penemuannya,” jelas Ketua Yayasan Mentari Sehat Indonesia Supriyanto usai Rapat Koordinasi Wilayah Program Eliminasi TBC Komunitas Provinsi Jawa Tengah di Novotel, belum lama ini.

Dengan demikian, di seluruh kabupaten/kota di Jateng, kurang/lebih ditemukan 2.000 pasien baru TBC baru setiap tahunnya. Kebanyakan dari mereka berada di umur produktif antara 17 – 45 tahun.

Supriyanto menyebut, kasus TBC ini bak fenomena gunung es. Terlihat kelihatan sedikit, namun sebenarnya banyak masyarakat yang mengidap penyakit ini tetapi tidak mau melapor. Pihaknya pun terus berupaya untuk terus mengejar temuan kasus TBC sehingga pengobatan menjadi tempat sasaran.

“Tetapi kalau TBC itu kan fenomena gunung es. Jadi di luar kelihatan sedikit tetapi di bawahnya kan kelihatan banyak. Lah itu yang kita kejar. Jadi makin banyak yang ketemu semakin baik karena dengan makin banyak yang ditemukan sasaran untuk yang diobati makin jelas gitu,” tegasnya.

Targetnya dalam rakor ini ialah merapatkan barisan dengan stakeholder terkait untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap TBC. Sebab alasan mereka tidak mau melapor ketika terkena TBC karena penyakit ini mempunyai stigma negatif yang merugikan terutama di dunia kerja.

“Pengobatan angka kesembuhan di Jawa Tengah itu di atas 90 persen. Tetapi kemudian kenapa kasusnya tetap tinggi karena itu penemuannya itu yang masih banyak kendala. Karena ya tadi enggak semua orang yang punya gejala TBC mau datang sendiri ke Puskesmas, ke rumah sakit itu kan jarang,” tegasnya.

Sementara, Kepala Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah Haerudin yang turut hadir menyampaikan perlu kerja keras lintas sektor dalam penanganan TBC ini. Sebagai pembina organisasi masyarakat, pihaknya mendukung penuh kegiatan ini.

Menurutnya, ada tiga konsentrasi yang perlu dilakukan. Yakni menemukan penderita TBC, melakukan pencegahan, dan melaksanakan pendampingan.

“Ini kan dibutuhkan kerja keras untuk teman-teman relawan di lapangan, dan tiga hal yang menjadi konsentrasi dari teman-teman. Pertama itu mereka menemukan penderita dari TBC, kedua melakukan pencegahan, dan terakhir melakukan pendampingan,” pesan Haerudin. (luk/adf)