KUDUS, Joglo Jateng – Dalam upaya mengatasi masalah timbunan sampah yang semakin mengkhawatirkan, Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Kudus menggencarkan edukasi dan praktek langsung kepada masyarakat. Purnawirawan yang juga Ketua MLH Kudus menekankan pentingnya pengurangan sampah mulai dari tingkat rumah tangga untuk mencegah semakin buruknya kondisi tempat pembuangan akhir (TPA).
“Tujuan kami adalah memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mengurangi timbunan sampah. Selain itu, kami juga ingin mengajarkan warga bagaimana cara mengolah sampah menjadi sesuatu yang berguna. Sekarang ini TPA sudah memburuk, kalau kita tidak bisa mengurangi timbunan sampah, bagaimana nasib Kabupaten Kudus ke depannya?” katanya.
MLH Kudus berkolaborasi dengan Paguyuban Mutiara, sebuah paguyuban yang fokus pada pengelolaan sampah. Melalui kolaborasi ini, mereka mengadakan kegiatan edukasi yang mencakup teori dan praktik. Salah satu tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk mengajarkan peserta agar mereka bisa mengelola sampah di rumah tangga mereka sendiri.
“Kami mengajarkan peserta supaya mereka bisa mengurus sampah mulai dari tingkat rumah tangga. Dengan cara ini, sampah yang dikirim ke TPA bisa berkurang, tinggal residu saja kalau bisa,” ujarnya.
Purnawirawan menambahkan, sampah organik sebenarnya dapat diselesaikan di rumah dengan cara yang sederhana dan tidak memerlukan lahan luas. Sedangkan untuk sampah anorganik, ia menekankan pentingnya pemilahan karena sampah tersebut masih memiliki nilai ekonomi yang bisa didaur ulang.
“Sampah organik bisa diselesaikan di rumah sendiri, tidak ada alasan tidak punya lahan. Ada cara sederhana yang bisa kita lakukan terkait kemauan kita,” jelasnya.

Salah satu solusi yang diberikan dalam kegiatan ini adalah penggunaan bio aktivator cair untuk mempercepat proses penguraian sampah organik menjadi kompos atau pupuk organik cair. “Selain itu, bio aktivator ini juga membantu mengurangi bau sampah, yang seringkali menjadi masalah bagi masyarakat,” ungkapnya.
Partisipasi masyarakat dalam program ini menunjukkan antusiasme yang luar biasa. Dalam waktu kurang dari 24 jam, kuota 100 peserta telah terisi penuh. “Kami memberikan solusi, dan jika ada desa yang ingin mengadakan kegiatan serupa, Majelis Lingkungan Hidup siap mendampingi sebagai relawan,” tegasnya.
Materi yang diajarkan meliputi berbagai topik, seperti cara memanfaatkan sampah organik di rumah tangga serta pemilahan sampah anorganik. “Pemateri pertama mengajarkan tentang pemilahan sampah, dan pemateri kedua mengajarkan cara pengolahan sampah organik yang bisa langsung diterapkan di lingkungan rumah tangga,” jelasnya.
Menurutnya, dorongan utama dalam kegiatan ini adalah semangat untuk memperbaiki kondisi lingkungan sekitar. Relawan di sini konsen terhadap persoalan lingkungan.
“Kami memiliki berbagai program seperti pembagian bibit tanaman, edukasi dan aksi lingkungan, serta mitigasi perubahan iklim. Selain itu, kami juga sedang mempersiapkan sekolah konservasi untuk masyarakat agar mereka dapat belajar lebih banyak tentang persoalan lingkungan,” tandasnya.(uma)