KENDAL, Joglo Jateng – Menjelang datangnya Bulan Suci Ramadan, Ruwahan Masal Grebek Sumpil menjadi kegiatan yang rutin digelar warga Desa Kutoharjo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Acara ini bersamaan dengan haulnya Eyang Pakuwojo atau Wali Hasan Munadi di bukit Jabal Kaliwungu, Minggu (9/2).
Dalam acara ini, Sumpil yang merupakan makanan khas Kaliwungu dihias dalam bentuk gunungan lalu diarak keliling kampung kemudian diperebutkan warga. Tak hanya Sumpil, berbagai tanaman hasil bumi serta sayur-sayuran juga dibuat gunungan dan diarak. Setidaknya ada 5 gunungan yang diarak dalam Grebek Sumpil tahun ini.
Juru Kunci Makam Eyang Pakuwojo, Mbah Sobirin menuturkan, Ruwahan Masal Grebek Sumpil merupakan upaya warga dalam melestarikan makanan khas Kaliwungu di tengah Haul Eyang Pakuwojo.
“Sumpil itu makanan istimewa orang Kaliwungu dan hanya ada di sini. Makanan ini berbahan dasar beras yang dibungkus dengan daun bambu dan biasa disajikan dengan sambal kelapa,” tuturnya, Minggu (9/2/25).
Menurutnya, Sumpil memiliki makna yang mendalam. Sumpil berarti sumelehno uripmu marang pengeran enkang langgeng (Sandarkanlah hidupmu kepada Tuhan yang Maha Abadi). “Makanan khas Kaliwungu ini wajib dipertahankan,” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan Muhammad Mustofa yang merupakan salah seorang pengurus makam Eyang Pakuwojo. Dikatakannya, warga Desa Kutoharjo menjelang bulan puasa Ramadan, tepatnya di Ruwah menggelar ruwat Eyang Pakuwojo.
Menurutnya, ruwah memiliki arti merumat arwah. “Ruwahan Eyang Pakuwojo artinya merumat atau mendoakan arwah Eyang Pakuwojo. Yang merupakan salah seorang tokoh penyebar agama Islam di Kaliwungu,” kata Mustofa.
Dia menjelaskan, ruwahan di makam Eyang Pakuwojo awalnya merupakan sebuah keinginan dari warga setempat. Hal ini disebabkan karena adanya rumor yang menganggap Eyang Pakuwojo merupakan tokoh abangan dan jahat berilmu hitam.
“Menurut kami anggapan itu tidak benar. Kalau Eyang Pakuwojo tokoh abangan, tidak mungkin makamnya ada di atas bukit Jabal,” jelasnya.
Namun, menurut keyakinan warga setempat, Eyang Pakuwojo bukan tokoh abangan, jahat dan berilmu, melainkan salah satu tokoh yang turut serta menyebarkan agama Islam pada jaman dahulu. “Eyang Pakuwojo ini bersama dengan Sunan Katong menyebarkan ajaran agama Islam di Kaliwungu,” ujarnya.
Dia berharap, dengan terus dilestarikan budaya Ruwahan Masal Grebek Sumpil masyarakat akan terus mengenang jasa Eyang Pakuwojo dalam menyebarkan agama Islam di tanah Kaliwungu.(ags/sam)