KUDUS, Joglo Jateng – Kabupaten Kudus telah menjadi contoh sukses dalam penurunan angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan angka stunting. Dengan mengimplementasikan program Audit Maternal Perinatal Surveilans dan Respon (AMP-SR), Kudus berhasil menurunkan angka kematian ibu, bayi dan stunting lebih dari 50 persen pada 2024.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, dr. Andini Aridewi menjelaskan, pengurangan angka kematian ibu dan bayi serta penurunan angka stunting menjadi fokus utama dalam program kesehatan mereka. Hal ini sebagai bagian dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
“Kami sangat bersyukur atas capaian ini. Di 2024, penurunan angka kematian ibu dan bayi serta angka stunting lebih dari 50 persen. Ini adalah hasil kerja keras seluruh pihak yang terlibat. Termasuk kolaborasi dengan pemerintah pusat, yang memberikan apresiasi terhadap upaya kami,” jawabnya.
Keberhasilan tersebut mendapat perhatian dari Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan. Bahkan mengundang Kabupaten Kudus untuk berbagi pengalaman dalam penanganan masalah kesehatan di tingkat nasional.
“Kami merasa terhormat karena Kabupaten Kudus mendapatkan kesempatan untuk berbagi pengalaman. Pencapaian ini menjadi model bagi daerah lain, dan kami berharap bisa terus berinovasi dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan di masyarakat,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat DKK Kudus, Nuryanto menambahkan, salah satu faktor utama keberhasilan program ini adalah koordinasi yang erat antara pihak terkait. Pihaknya selalu memantau dan berkoordinasi dengan fasilitas kesehatan yang ada. Tim pembina di tingkat provinsi juga terus memberikan dukungan.
“Dengan mengacu pada dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari Persatuan Dokter Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI) cabang Semarang, kami mengajak dokter spesialis di Kudus untuk berkolaborasi dalam menekan angka kematian ibu,” tambahnya.
Nuryanto menyebutkan, jumlah dokter spesialis ginekologi di Kabupaten Kudus cukup banyak. Yakni 16 orang yang tersebar di berbagai rumah sakit. Pihaknya berusaha memaksimalkan potensi yang ada.
“Kami berharap dengan kerja sama yang baik antara dokter spesialis, tenaga medis, dan puskesmas, angka kematian ibu dapat terus ditekan,” katanya.
Pada 2022, angka kematian ibu di Kudus tercatat sebanyak 12 kasus. Namun, angka tersebut menurun pada 2023 menjadi 11 kasus. Pada 2024, angka kematian ibu turun signifikan menjadi hanya 4 kasus.
“Penurunan ini adalah hasil dari koordinasi intensif yang kami lakukan dengan rumah sakit, puskesmas, dan berbagai pihak terkait. Setiap kali ada kasus yang mengarah ke kematian ibu, kami langsung melakukan audit untuk mencari tahu penyebabnya,” ujarnya.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, DKK Kudus juga melibatkan tim yang terdiri dari berbagai pihak. Seperti dokter spesialis, perawat, dokter umum, hingga tenaga medis lainnya untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap setiap kasus.
Terkait dengan angka kematian bayi, Kudus juga mencatatkan penurunan yang signifikan. Pada 2022, angka kematian bayi tercatat sebanyak 125 kasus. Di 2023, angka tersebut sedikit menurun menjadi 124 kasus, dan pada 2024 turun menjadi hanya 56 kasus.
“Ini merupakan pencapaian yang luar biasa. Semua pihak terkait bekerja sama dengan baik untuk mencegah kematian bayi, dan kami akan terus berupaya agar angka ini semakin menurun,” tegasnya.
Peningkatan kolaborasi antara puskesmas, rumah sakit, dan kader kesehatan di Kudus turut berperan penting dalam penurunan angka kematian bayi. Upaya pencegahan ini melibatkan banyak pihak. Baik dari tenaga medis, keluarga, hingga masyarakat. Kolaborasi ini penting untuk menekan angka kematian bayi.
Selain itu, masalah stunting juga menjadi perhatian utama pemerintah Kabupaten Kudus. Berdasarkan data dari Survey Status Gizi (SSG), angka stunting di Kudus pada 2022 tercatat sebesar 19 persen. Namun, pada 2023, angka stunting menurun menjadi 15,7 persen, dan pada 2024 berhasil ditekan menjadi hanya 3,75 persen.
“Penurunan angka stunting ini merupakan hasil dari berbagai upaya yang dilakukan secara terpadu. Mulai dari pemberian makanan tambahan, pemeriksaan gizi pada ibu hamil, hingga edukasi mengenai pola makan yang sehat,” ucapnya.
Upaya penurunan stunting di Kudus melibatkan berbagai pihak. Mulai dari pemerintah daerah, puskesmas, rumah sakit, hingga kader kesehatan.
Pihaknya melibatkan keluarga dan masyarakat dalam setiap langkah yang kami ambil, agar mereka sadar pentingnya gizi seimbang dan kesehatan ibu serta anak. “Kami terus berupaya untuk menciptakan lingkungan yang mendukung untuk menurunkan angka stunting,” ucapnya. (uma/fat)