Peran Lurah Mojosongo dari Wilayah Karantina hingga Bebas Corona

Lurah Mojosongo, Winarto (CR5/LINGKAR JATENG)

Ikut Bagikan Nasi Bungkus, Jemput Pasien Sembuh

LINGKARJATENG.COM– Gotong royong warga Mojosongo membantu warga karantina di Kampung Kedungtungkul, Kelurahan Mojosongo, Jebres, Solo membuahkan hasil. Kampung tersebut kini dinyatakan bebas karantina. Yang membahagiakan lagi, pasien positif Covid-19 yang sempat ikut di karantina juga dinyatakan sembuh.

Hal itu tentu tak lepas dari peran aktif Lurah Mojosongo, Winarto. Berawal dari karantina mandiri yang diberlakukan keluarga ‘P’ di kampung Kedungtungkul dengan status Pasien Dalam Pengawasan (PDP). ‘P’ seorang perempuan berusia 49 yang merupakan istri pasien Covid-19 yang dirawat di ruang isolasi RSUD dr. Moewardi, Surakarta. Karantina mandiri selama 14 hari tersebut mulai dijalankan Jumat (10/3/2020).

Situasi Kedungtungkul mencekam saat ‘P’ harus dibawa ke RSUD Moewardi pada Rabu (18/3/2020) malam. karena diketahui pernah pergi ke pasar serta ikut rewang di tempat tetangga yang punya hajat.

Baca juga:  Pejuang Jantung Kecil Solo Raya dan Biskuit Kokola Gelar Hospital Visit & Charity di RSUD Moewardi

Sejak saat itu, jumlah warga Kedungtungkul yang dikarantina mandiri bertambah jadi 17 rumah di sekitar tempat tinggal P. Kebetulan berada di satu wilayah yang hanya memiliki satu akses keluar masuk menuju lingkungan luar.

Lurah Winarto mengakui lingkungan tempat tinggal ‘P’ kebanyakan merupakan warga miskin. Sehingga dengan adanya aturan karantina mandiri yang diperluas tersebut, membuat persoalan hidup makin besar bagi warga.

“Pada awal-awal karantina itu, masyarakat ya memang repot. Karena kebutuhan ekonomi ini susah to, mas. Kebanyakan di sana masyarakat miskin. Nek di karantina sesuk ora iso ngliwet (Kalau di karantina, besuk tidak bisa masak),’’ ujar Wiratno saat ditemui di kantor Kecamatan Jebres.

Baca juga:  Pejuang Jantung Kecil Solo Raya dan Biskuit Kokola Gelar Hospital Visit & Charity di RSUD Moewardi

Diakui Wiratno, kondisi warga yang harus karantina mandiri serba kesusahan karena tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup. Banyak yang harus keluar rumah karena ekonominya tidak tercukupi kalau hanya di dalam rumah saja.

“Kami kemarin kesusahan. Okeh sing mlayu (banyak yang keluar rumah) karena ekonominya tidak tercukupi. Akhirnya kami kolaborasi baik masjid, gereja, donatur diajak ikut menyumbang. Akhirnya dapat makan dari bantuan sosial. Kalau dapat uang dikasihkan untuk belanja. Ada yang minta gas, aqua kita berikan, sampai kas RT entek (habis), kas RW entek (habis), lari ke kelurahan. Saya ngeki ngga papa. Satu deret, 17 rumah diberi 20 dus nasi. Dari Pemkot Solo kasih bantuan. Jerone apa ra wani bukak (Isinya apa tidak berani buka). Pokoknya bantuan,’’ terang Winarto.

Baca juga:  Pejuang Jantung Kecil Solo Raya dan Biskuit Kokola Gelar Hospital Visit & Charity di RSUD Moewardi

Saat ini, karantina mandiri di Kedungkumpul sudah dicabut oleh Pemkot Solo. Sekarang pihak kelurahan ingin mengembalikan lingkungan Kedungkumpul jadi aman dan bisa hidup normal.

“Sekarang sebagian sudah bekerja, jadi kuli bangunan, jualan nasi muter keliling, ada yang di pabrik plastik Jerapah. Sebelumnya, mau masuk pintu ngga boleh. Diawasi. Sekarang warga di sana tetap harus berperilaku sehat,’’ ujar Winarto.

Pekan lalu, Winarto menjemput ‘P’ dari RSUD Dr. Moewardi hingga sampai rumahnya. Kedatangan P disambut suka cita keluarga, tetangga dan tokoh lingkungan.

“Saya yang nganter ke rumahnya pas sembuh. Kami menyambut, biar warga seneng. Tatkala saya ngga ada disitu nanti warga takut. Kita sambut warga jingkrak-Jingkrak senang. Warga sudah terbebas,’’ ungkap Winarto.  (cr5/mhs)