PATI, Joglo Jateng – Aktivitas pertambangan di Pengunungan Kendeng, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati masih terus dipersoalkan. Khususnya tambang yang berada di sepanjang kawasan Sukolilo-Prawoto yang disebut memicu polusi udara.
Ketua Perkumpulan Warga Perduli Sosial, Hukum, dan Lingkungan (Wali-SHL), Sutrisno menyebut ada empat titik pertambangan yang beroperasi di sepanjang jalan tersebut. Meliputi 2 tambang di Desa Kedungwinong, 1 tambang di Desa Baleadi dan 1 tambang di Desa Wegil.
Dari pengamatannya, ada ratusan kendaraan pemuat hasil tambang yang lalu lalang di sepanjang jalan Sukolilo-Prawoto itu setiap harinya. Bahkan, kata dia, masih banyak kendaraan yang tidak mematuhi peraturan.
“Pengamatan kami kendaraan damp truk ada ratusan lebih yang beroperasi setiap hari. Karena ada 4 titik tambang yang aktif di sepanjang Sukolilo-Prawoto. Apalagi masih ada yang ditemukan damp truk bandel tidak pakai tutup terpal,” ungkapnya, Kamis (14/9/23).
Sutrisno menilai, lalu lalang kendaraan tambang ini yang menimbulkan banyaknya debu. Hal tersebut dianggap mengganggu kehidupan warga sekitar sehari-hari.
“Warga yang rumahnya pinggir jalan pastinya yang terdampak. Apalagi banyak warga yang mengalami batuk-batuk dan gampang kena flu karena banyak debu ini,” sebutnya.
Saat dimintai tanggapan terkait dampak kesehatan akibat polusi udara ini, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Pati Aviani Tritanti Venusia menyebut perlu adanya kajian yang mendalam terkait dampak debu yang dipicu kendaraan tambang itu. Meskipun sebenarnya, ia tak menampik bahwasanya debu bisa berdampak terhadap kesehatan.
“Kalau sering-sering memang bisa berdampak ke saluran pernapasan. Tapi kita harus lihat data riilnya kayak gimana. Belum ada yang meneliti hal itu,” ungkap Aviani.
Ia mengungkapkan bahwa polusi debu memang rentan bagi anak-anak maupun orang yang alergi. Namun sejauh ini, pihaknya mengaku belum mendapatkan laporan penyakit serius yang diakibatkan polusi udara di wilayah tersebut.
“Namanya anak-anak itu masih rentan ketahanan tubuhnya. Tapi dampak seberapa besar perlu diteliti. Apakah berdampak banget atau tidak. Kita belum berani ngomong kalau belum ada buktinya,” pungkasnya. (lut/fat)