Operasional TPST Tamanmartani belum Maksimal

OPERASIKAN: Para petugas saat melakukan proses pengolahan sampah di TPST Tamanmartani di Kalurahan Tamanmartani, Kalasan, belum lama ini. (ADIT BAMBANG SETYAWAN/JOGLO JOGJA)

SLEMAN, Joglo Jogja – Operasional Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Tamanmartani, Kalasan sudah berlangsung selama tiga bulan. Namun, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman mengaku, pengoperasiannya belum berjalan secara optimal.

Kepala DLH Sleman, Epiphana Kristiyani mengatakan, TPST Tamanmartani sudah dioperasikan sejak akhir 2023 lalu. Di tempat ini, terdapat tiga modul pengolahan sampah dengan kapasitas sekitar 50 ton per hari. Namun, sekarang ini baru bisa merealisasikan sekitar 40 ton per harinya.

“Hingga saat ini, proses pengolahan di TPST masih butuh peningkatan agar bisa mencapai target yang diharapkan. Pengolahannya juga belum stabil, karena kadang per harinya masih bisa kurang. Harapannya, target 50 ton sampah yang diolah per harinya bisa segera terealisasi,” katanya, Minggu (31/3/24).

Untuk memenuhi target tersebut, ketrampilan petugas pengolahan harus ditingkatkan. Tak hanya itu, dalam melakukan proses pemilahan, petugas juga diminta untuk lebih fokus dan meningkatkan ketelitian.

“Ketelitian ini sangat dibutuhkan. Karena bisa berdampak terhadap pengoperasian mesin pengolahan. Pada prosesnya, saat barang-barang seperti besi masuk ke mesin, maka dapat menimbulkan kerusakan, jadi harus cermat,” ungkapnya.

Pasalnya, jika besi tidak diambil pada saat pemilahan, akan berdampak pada kinerja mesin. Sehingga perlu adanya perbaikan mesin. “Makanya, di sini saya sangat berharap petugas bisa lebih teliti dan cekatan, karena akan menentukan kapasitas yang dapat diolah per harinya,” imbuhnya.

Selain masalah sumber daya manusia, keberadaan fasilitas mesin di TPST Tamanmartani juga dinilai belum lengkap. Ia tidak menampik di TPST Tamanmartani membutuhkan mesin pencacah kain yang saat ini belum dimiliki.

“Ternyata sampah yang masuk banyak berjenis kain dan ini tidak bisa diolah menggunakan mesin yang ada. Kami sedang berupaya agar dapat membeli mesin pengolah khusus untuk jenis kain,” ungkapnya.

Epiphana menambahkan, saat ini, ada 62 pekerja yang terlibat dalam pengolahan sampah di tempat pengolahan sampah tersebut. “Sejak beroperasi pertama kalinya, TPST Tamanmartani sudah mengirimkan RDF atau keripik sampah ke PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) di Cilacap, Jawa Tengah secara rutin. Sekali pengiriman bisa mengirim sebanyak 18 ton keripik sampah,” tandasnya. (bam/abd)