MERAWAT bumi bisa dilakukan dengan beragam cara. Salah satunya adalah lewat menanam pohon. Upaya ini secara masif dilakukan oleh organisasi non profit Trees4Trees (T4T).
Sejak 2007 hingga kini, yayasan tersebut terus berkembang. Dari yang awalnya melakukan penanaman pohon bersama di pinggir jalan, kini T4T juga menjalankan kerja-kerja pemberdayaan masyarakat dan pendidikan yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
Program Manager T4T, Pandu Budi Wahono menuturkan, kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh pihaknya berorientasi pada upaya melawan perubahan iklim, juga mencegah terjadinya bencana alam.
“Dengan ada pohon, mungkin nggak panas lagi. Yang ada longsor, banjir, dengan ada pohon jadi nggak longsor lagi,” ungkapnya kepada Joglo Jateng, Jumat (30/8).
Selain itu, lanjut dia, adanya pohon juga dapat mencegah erosi tanah, menyediakan bahan makanan hingga obat-obatan, menjaga ekosistem, menyimpan air dan energi, serta menjadikan udara bersih.
“Satu-satunya kegiatan yang bisa memproduksi oksigen kan hanya pohon,” tutur Pandu.
Ia menerangkan, pohon yang ideal adalah pohon yang memiliki diameter 20 cm dan tinggi 20 m. Rata-rata tanaman tersebut dihasilkan selama 20 tahun. Pelestariannya penting untuk bisa menciptakan iklim mikro.
Melalui program yang dijalankan T4T, Pandu ingin mengajarkan masyarakat tentang praktik penanaman pohon yang baik serta memberikan edukasi tentang beragam manfaat pohon yang ditanam dan dipelihara.
“Wilayahnya (penanaman pohon, Red.) jadi pedesaan maupun perkotaan. Jadi di lahan-lahan petani dan juga di lahan lahan perkotaan. Di lahan urban, kawasan industri kita juga melakukan penanaman, juga di wilayah pesisir untuk mangrove. Biasanya di pesisir itu kita tanam dengan tanaman yang airnya pasang surut,” tuturnya.
Selain penanaman pohon, masyarakat atau petani juga diberikan pelatihan untuk membuat pupuk dan pestisida organik. Jika petani dapat memanfaatkan inovasi itu, produk pupuk dan pestisida organik itu dapat dijual kepada petani lainnya.
Program Trees4Trees, kata Pandu, sudah berjalan sejak 2007 dan tersebar hampir di seluruh Pulau Jawa. Tak kurang dari 11 juta pohon sudah ditanam untuk tujuan melestarikan lingkungan.
Terdapat 10 universitas dan 5 lembaga penelitian yang turut bermitra dengan yayasan ini. Di samping untuk bersama-sama menjalankan aksi pelestarian lingkungan, kerja sama itu juga bertujuan agar program Trees4Trees mempunyai tujuan ilmiah.
“Kalau menanam semua orang bisa, kan. Tetapi dari nanam itu apa dampaknya, seberapa besar pengaruhnya. Ya dari sisi mungkin serapan air, oksigen itu kita biasanya kerja dengan kawan-kawan peneliti,” tuturnya.
Pandu menambahkan, ada 150 perusahaan tertarik untuk bekerja sama dan menjadi donatur dalam upaya penghijauan melalui program yang digagas T4T. Sejumlah institusi pendidikan juga turut bergabung dalam program ini.
Menurut Pandu, petani menjadi kunci utama dalam program Trees4Trees. Ia menyebut, sudah ada lebih dari 60 ribu petani telah bergabung menjadi mitra yang aktif dalam upaya penanaman pohon.
“Kuncinya ada di petani. Kalau kita nggak punya mitra petani, kita nggak ada bisa menanam jutaan pohon. Misalnya 60 petani. Katakanlah tiap petani bisa menanam 100 kan sudah hampir 6 juta kan. Tiap tahun misalnya kalau petaninya banyak, berarti kita bisa nanem banyak,” kata dia.
Karena jangkauan yang cukup luas dan kegiatan yang banyak, yayasan ini memiliki sejumlah kantor yang tersebar di berbagai wilayah. Antara lain di Semarang, Kebumen, Pati, Bandung dan daerah lainnya.
Beberapa jenis kerja sama ditawarkan yayasan T4T kepada calon mitra korporasi. Termasuk dalam pembuatan sponsor forest. Biasanya, pihaknya menerima kerja sama tersebut jika pohon yang ditanam dengan jumlah di atas 100 ribu pohon.
Pihaknya juga kerap menerima kerja sama dalam bentuk CSR. Biasanya penanaman pohon dilakukan dalam skala kecil, sekitar 500 sampai seribu pohon.
“Yang ketiga kita tanamkan untuk event. Jadi kalau perusahaan mau pada event, ada penanaman bersama karyawannya kita bisa siapkan. Jadi kita biasanya nawarkan tiga itu mau buat hutan, mau nanam pohon untuk CSR atau mau event,” lanjutnya.
Pandu menilai jika masyarakat mencontoh apa yang dilakukan oleh yayasan T4T, akan banyak dampak positif yang akan didapatkan. Menurutnya, masyarakat Indonesia patut bersyukur karena didukung oleh jenis tanah dan iklim yang sesuai untuk bercocok tanam.
“Di luar (mancanegara, Red.), tanahnya tidak sesubur di Indonesia, tetapi mereka punya uang dan teknologi. Memang masalahnya kepedulian, kesadaran. Tetapi ya nggak tau nanti kalau ke depannya. Di Indonesia pastilah akan ke sana. Cuman sekarang kan penanaman kita kepedulian masih banyak dari luar,” imbuhnya.
Pandu berharap agar lebih banyak lagi tenaga ahli di bidang kehutanan dari generasi muda Tanah Air. Dengan demikian, akan makin banyak pula masyarakat yang mengetahui betul program apa saja yang dapat dilakukan dalam upaya pelestarian lingkungan. (adf/dzk)