SEMARANG, Joglo Jateng – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Tengah meminta kedua pasangan calon (paslon) Agustina – Iswar dan Yoyok – Joss serius dalam menangani persoalan isu lingkungan, khususnya banjir dan rob. Pasalnya, persiapan banjir bukan hanya diakibatkan oleh curah hujan, namun juga perlu penataan tata ruang yang baik di Kota Semarang.
Direktur Walhi Jateng, Fahmi Bastian menyampaikan alasan setiap tahun Kota Semarang selalu terkena banjir, lantaran penataan tata ruang yang kurang efektif di beberapa wilayah yang merupakan daerah resapan air yang cukup tinggi. Adapun tiga wilayah itu, antara lain Semarang atas, Semarang bawah dan Semarang Tengah.
“Wilayah yang menjadi menjadi resapan air itu 15 tahun terakhir berubah sedemikian besar. Kalau kita lihat BSB Mijen dan Ngaliyan yang dialihfungsikan secara total sebagai wilayah ekonomi baru. Ada pabrik dan permukiman. Nah ini yang menyebabkan hujan turun air cukup tinggi karena resapan airnya sudah berubah fungsi yang menyebabkan persoalan lingkungan,” ucapnya saat ditemui Joglo Jateng, Senin (14/10/24).
Lebih lanjut, ia menerangkan, tata ruang di Kota Semarang masih tidak memperlihatkan adanya kajian pada wilayah yang strategis dari tahun ke tahun. Menurutnya, hal ini sangat penting karena penyelesaian banjir bergantung pada konteks rencana tata ruang yang benar.
“Rencana pembangunan Kota Semarang (saat ini) tidak melihat daya dukung dan daya tampung bahkan di wilayah pesisir hampir keseluruhan merupakan kawasan industri. Kita lihat di Semarang yang ada dua pantai yang untuk umum Marina dan Tirang. Lainnya sudah tidak ada karena wilayah pesisirnya karena sudah dikuasai oleh kawasan industri,” jelasnya.
Bahkan, ia menjelaskan, akan direncanakan muncul reklamasi di wilayah Kecamatan Tugu oleh pemerintah daerah. Sehingga, hal ini yang perlu diprioritaskan secara khusus oleh kedua palson Pilwakot Semarang 2024 agar Kota Semarang tidak ada terkena dampak buruk dari bencana banjir.
“Kalau dua paslon berbicara visi misi terkait lingkungan apakah mereka siap merubah skema tata ruang daya dukung dan daya tampung di Kota Semarang dalam konteksnya pembangunan,” katanya.
Dirinya berharap, dalam visi misi dan program dari kedua palson, salah satunya memperbanyak kawasan terbuka hijau di beberapa wilayah yang memiliki resapan air. Selain itu, ada upaya penyelesaian untuk menurunkan penumpukan sampah di TPA Jatibarang yang semakin banyak.
“Kota Semarang juga merupakan wilayah yang produksi sampahnya tertinggi, sekitar 900- 1.300 ton sampah per hari. Posisinya TPA Jatibarang ini sudah beberapa kali mengalami kebakaran nah ini menjadi konsen dalam penataan kota berbasis lingkungan,” harapnya. (int/gih)