Kendal  

Kisah Pilu 2 Nenek Hanyut Diterjang Banjir Kendal, 6 Jam Bertahan Hidup di Tengah Derasnya Air Setinggi Dada

Mbah Jumiati sempat terseret banjir setinggi dada dan berpegangan pada tiang mushola kurang lebih 6 jam.(Agus/Joglo Jateng)

 

KENDAL, Joglo Jateng – Bencana Banjir yang melanda Kecamatan Patebon Kendal, akibat tanggul Kali Bodri jebol meninggalkan trauma bagi para korbannya. Banjir ini terjadi pada Senin malam 20 Januari 2025 kemarin.

Air datang dengan tiba-tiba dan dengan arus sangat deras. Banjir ini juga cepat meninggi.

Di Desa Kebonharjo Kecamatan Patebon, ketinggian air mencapai hingga dua meter.

Kondisi demikian menyebabkan banyak warga berhamburan untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman.

Bahkan, tak jarang yang naik ke atap-atap rumah bersama istri dan anaknya yang masih kecil.

Di balik dahsyatnya bencana yang melanda, kisah yang memilukan dialami juga seorang nenek bernama Jumiati yang kini berusia 78 tahun.

Nenek yang sendirian tinggal di rumah itu, mengaku masih trauma dengan kejadian yang menimpanya.

Warga RT 02 RW 4 Desa Kebonharjo kecamatan Patebon Kendal Jawa Tengah ini bercerita, banjir datang dengan cepat.  Sekitar jam 23.00 WIB malam, dirinya mengaku mendengar pengumuman dari musholla, kalau tanggul Kali Bodri jebol, dan air meluap.

Cerita itu disampaikan ketika wartawan Joglo Jateng mendatanginya di tempat pengungsian. Saat itu Mbah Jumiati sedang duduk sendiri di pojok salah satu gedung milik Dinas Perhubungan Kendal, yang dijadikan tempat pengungsian korban banjir.

“Ada pengumuman banjir, banjir gitu. Saya kaget. Lalu saya bergegas membuka pintu. Tapi arus air kencang, dan saya terpelanting jatuh terbawa arus. Sampai akhirnya saya pegangan pohon dan perlahan masuk ke mushola,” ujarnya, Selasa 21 Januari 2025.

Nenek yang sudah lama menjanda itu mengaku, selama di mushola ia memeluk tiang mushola. Sebab air yang masuk ke mushola, setinggi dadanya. Di samping itu, arusnya juga kencang.

Dengan kondisi di sekeliling penuh air setinggi dada dan arusnya sangat deras. Iya mengaku sangat ketakutan. Upaya meminta tolong pun dilakukannya dengan sisa-sisa suara yang ada.

Dalam kondisi seperti itu, dia juga melihat banyak perabotan rumah milik tetangga yang hanyut di tengah derasnya arus banjir.

Ia juga menceritakan bahwa semakin malam kondisi semakin mencekam, karena tak kunjung datang bantuan.

Dengan kondisi menggigil, terikan-terikan minta tolong terus dilakukan. Pegangan ke tiang mushola juga semakin dipererat dengan sisa-sisa tenaga yang masih dimilikinya.

Namun, bantuan akhirnya datang setelah kurang lebih 6 jam dirinya bertahan hidup dengan perpegangan pada tiang mushola di tengah banjir setinggi dada.

“Subuh, baru saya diselamatkan oleh petugas BPBD yang bawa perahu karet,” ucapnya sedih.

Setelah dievakuasi, dia langsung dibawa petugas ke tempat pengungsian.

Cerita tak jauh berbeda juga dialami Sutini warga Perumahan Patebon Indah Desa Kebonharjo Patebon. Nenek berusia 65 tahun ini hidup hanya ditemani dengan cucunya yang masih berusia 6 tahun dan duduk dibangku Taman Kanak-kanak (TK).

Mbah Sutini mengaku sempat hanyut saat diterjang banjir dengan kondisi menggendong cucunya.(Agus/Joglo Jateng)

 

Sutini menyampaikan, bahwa dirinya sempat kaget mendengar adanya pengumuman banjir di mushola.

Setelah mendengar ada pengumuman tersebut, dirinya langsung bergegas menggendong cucunya dan langsung membuka pintu untuk keluar dari rumah. Namun, nasib tragis harus dialaminya.

Disaat berusaha keluar rumah sambil menggendong cucunya, Sutini terpelanting oleh derasnya air banjir yang masuk ke rumah saat pintu dibuka.

“Saya jatuh. Jatuh sambil menggendong cucu saya ini,” kata Sutini yang juga sedang mengungsi di Posko Pengungsian Dishub Kendal.

Tak sekedar jatuh, arus banjir yang deras masuk ke rumah ini juga menyebabkan Sutini hanyut terseret dan membentur dinding rumah. Akibatnya, lutut dan kaki Sutini mengalami sejumlah luka dan berdarah.

Kendati demikian, dia dengan cucu yang digendong tetap berusaha untuk bangun dan keluar rumah untuk menyelamatkan diri.

“Alhamdulillah, saya bisa keluar dari rumah. Dan saat itu ada pemuda yang manggil-manggil. Saya didatangi, ditolong dan akhirnya sampai ke pengungsian ini,” tutupnya.(ags)